BIAYA PENDIDIKAN TINGGI, Agar Si Miskin Tetap Bisa Kuliah

Keberhasilan Elsa Khania Rimansyah (22) lulus kuliah Universitas Terbuka jurusan administrasi publik di Bogor, Jabar pada Maret 2022 menjadi kebanggaan keluarga. ”Di kampung ini mungkin cuma saya,” kata Elsa di rumahnya di Kampung Wates Kaum, Bogor, Kamis (7/7). Seluruh biaya operasional pendidikannya ditanggung melalui program Bidik-misi, yang kini telah berubah namanya menjadi Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Biaya menjadi salah satu ganjalan utama bagi masyarakat miskin untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Data BPS (2021) menunjukkan, hanya 15,06 % total kelompok paling miskin di Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan tinggi. Sementara pada kelompok masyarakat terkaya, yang sedang menempuh pendidikan tinggi, mencapai 55,67 %.
Kendati demikian, dua dekade terakhir, angka partisipasi sekolah usia 19-23 di masyarakat miskin meningkat signifikan. Pada tahun 2000 hanya 4 %, kini tumbuh empat kali lipat menjadi 16 %. Ketika lulus dari SMAN 1 Ranca Bungur, Elsa sempat berpikir langsung bekerja 1-2 tahun agar bisa menabung untuk biaya kuliah. Mengandalkan sokongan orang tua bukan pilihan. Ayahnya kuli bangunan serabutan, sedangkan sang ibu bekerja di lapak pakaian Pasar Anyar, Bogor. ”Ketika saya dengar ada kabar beasiswa Bidikmisi ke Universitas Terbuka, saya berharap sekali bisa mendapatkannya,” ucap Elsa. Informasi beasiswa Bidikmisi diterima Elsa dari Stephanie Aprilia (22), kawan sekelasnya sejak SD, yang dimungkinkan kuliah melalui program Bidikmisi. Ayahnya sopir truk material yang paling banyak membawa uang Rp 100.000 setiap hari.
Keberhasilan Fani pun tidak hanya memotivasi kedua adiknya bahwa kuliah bukan sesuatu yang mustahil, melainkan juga para tetangganya. ”Tetangga banyak yang bilang, ’Lihat, tuh, Fani kuliah enggak bayar’. Saat itu ternyata saya jadi contoh,” ujar Fani. Kini, Elsa dan Fani masih dalam proses mencari pekerjaan dengan bekal gelar mereka yang masih kinclong. Elsa baru saja meninggalkan pekerjaannya sebagai guru pendidikan anak usia dini. Fani pun telah mengundurkan diri dari tenaga administrasi sebuah tempat kursus bahasa Inggris sebelum memulai tahun terakhir kuliah. Keduanya berharap mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan mereka. (Yoga)
Tags :
#Isu LokalPostingan Terkait
Artikel Populer
-
Tekan Inflasi, Pasar Murah
04 Jan 2025 -
Tapera Beri Angin Segar Emiten Perbankan
05 Jun 2024 -
Ledakan Smelter Berulang, Optimalkan Pengawasan
28 Dec 2023 -
KISAH SEGITIGA ANTARA VIETNAM, CHINA, DAN AS
28 Dec 2023