;
Tags

Farmasi

( 107 )

Efisiensi dan Inovasi Produk Jadi Strategi Hadapi Tekanan

HR1 18 Jun 2025 Kontan
Prospek kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) diprediksi tetap positif sepanjang 2025 meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal seperti pelemahan daya beli masyarakat dan tingginya harga bahan baku impor.

Menurut Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, KLBF mampu menjaga stabilitas margin keuntungan, berkat efisiensi biaya operasional dan ekspansi ke segmen farmasi dan alat kesehatan. KLBF membukukan pendapatan sebesar Rp 8,84 triliun di kuartal I-2025, tumbuh 5,8% yoy, dengan net profit margin terjaga di kisaran 9–12%.

Sarkia Adelia, Analis Panin Sekuritas, menilai segmen farmasi tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan, didukung oleh peningkatan harga jual rata-rata (ASP), perluasan volume ekspor, dan komersialisasi produk bioteknologi seperti stem cell dan radiofarmaka, yang diproyeksikan menjadi katalis utama sepanjang tahun.

Sementara itu, Andrianto Saputra dari Indo Premier Sekuritas menyebut pertumbuhan penjualan pada kuartal II-2025 akan didorong oleh produk farmasi generik, biologis, serta kesehatan konsumen. Ia juga memperkirakan bahwa ketatnya aturan rujukan BPJS akan menguntungkan segmen obat bebas (OTC). KLBF juga akan merilis produk dengan harga lebih terjangkau untuk menjangkau konsumen dengan daya beli rendah.

Terkait risiko nilai tukar, KLBF dinilai cukup tangguh. Sarkia mencatat bahwa perusahaan memiliki cadangan kas dalam bentuk dolar AS sebesar US$ 52 juta dan telah menerapkan natural hedge melalui konversi transaksi ke yuan lewat joint venture di China.

Efisiensi dan Inovasi Produk Jadi Strategi Hadapi Tekanan

HR1 18 Jun 2025 Kontan
Prospek kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) diprediksi tetap positif sepanjang 2025 meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal seperti pelemahan daya beli masyarakat dan tingginya harga bahan baku impor.

Menurut Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, KLBF mampu menjaga stabilitas margin keuntungan, berkat efisiensi biaya operasional dan ekspansi ke segmen farmasi dan alat kesehatan. KLBF membukukan pendapatan sebesar Rp 8,84 triliun di kuartal I-2025, tumbuh 5,8% yoy, dengan net profit margin terjaga di kisaran 9–12%.

Sarkia Adelia, Analis Panin Sekuritas, menilai segmen farmasi tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan, didukung oleh peningkatan harga jual rata-rata (ASP), perluasan volume ekspor, dan komersialisasi produk bioteknologi seperti stem cell dan radiofarmaka, yang diproyeksikan menjadi katalis utama sepanjang tahun.

Sementara itu, Andrianto Saputra dari Indo Premier Sekuritas menyebut pertumbuhan penjualan pada kuartal II-2025 akan didorong oleh produk farmasi generik, biologis, serta kesehatan konsumen. Ia juga memperkirakan bahwa ketatnya aturan rujukan BPJS akan menguntungkan segmen obat bebas (OTC). KLBF juga akan merilis produk dengan harga lebih terjangkau untuk menjangkau konsumen dengan daya beli rendah.

Terkait risiko nilai tukar, KLBF dinilai cukup tangguh. Sarkia mencatat bahwa perusahaan memiliki cadangan kas dalam bentuk dolar AS sebesar US$ 52 juta dan telah menerapkan natural hedge melalui konversi transaksi ke yuan lewat joint venture di China.

PT Kalbe Farma Tbk Semakin Kokoh Menancapkan Posisinya

KT1 03 Jun 2025 Investor Daily (H)
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) makin kokoh menancapkan posisinya di industri farmasi nasional, seiring  mulai beroperasinya fasilitas produksi Computed Tomolgraphy (CT) Scan pertama di Indonesia, milik perseroan, Aksi strategis ini menjadi tonggak baru dalam diversifikasi bisnis Kalbe di sektor teknologi medis, sekaligus membuka potensi sumber pertumbuhan pendapatan jangka panjang. Presiden Direktur kalbe Farma Bernadette Ruth Irawati Setiady menjelaskan, fasilitas produksi CT Scan tersebut dioperasikan oleh cicit usaha Kalbe, PT Forsta Kalmedic Global (Forsta), yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat. Perseroan telah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp260 miliar untuk mendirikan dan mengembangkan fasilitas produksi alat kesehatan tersebut. "Kami telah memulai invetasi sejak dua tahun lalu, dan dalam beberapa tahun ke depan, investasi akan terus bergulir seiring pengembangan alat kesehatan (alkes) berteknologi tinggi lainnya," ujar Irawati. langkah Kalbe Farma ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam menguranngi ketergantungan impor alat kesehatan. Kementerian Kesehatan dan kementerian Perindustrian mencatat bahwa 100% kebutuhan alat CT Scan nasional masih bergantung pada impor, dengan nilai pembelian pada 2023 mencapai hampir Rp 800 miliar. (Yetede)

KLBF Redam Risiko Kurs Lewat Strategi Efisiensi

HR1 16 Apr 2025 Kontan

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) memasang target pertumbuhan yang lebih konservatif di tahun 2025, yakni 8%-10% untuk pendapatan dan laba. Strategi baru difokuskan pada ekspansi produk, komersialisasi alat kesehatan, serta diversifikasi transaksi pembelian bahan baku menggunakan mata uang yuan sebagai langkah mitigasi risiko fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Analis Abdul Azis dari Kiwoom Sekuritas menilai langkah penggunaan yuan sebagai strategi diversifikasi risiko yang cerdas di tengah ketidakpastian ekonomi. Meski ada tantangan berupa pelemahan daya beli masyarakat, Azis masih menilai target KLBF dapat dicapai dengan strategi yang telah disiapkan, dan memberikan rekomendasi speculative buy dengan target harga Rp 1.240–Rp 1.245 per saham.

Sementara itu, menurut Sarkia Adelia dari Panin Sekuritas, pertumbuhan KLBF di kuartal IV-2024 sangat didorong oleh segmen distribusi-logistik dan consumer health, terutama dari produk preventif dan dialyzer. Dia juga mencermati bahwa strategi pengembangan alat kesehatan serta kemitraan dengan pihak ketiga akan menjadi penopang pertumbuhan ke depan. Sarkia memberi rekomendasi buy, meski menurunkan target harga dari Rp 1.700 ke Rp 1.350.

Dari sudut pandang Willy Goutama (Maybank Sekuritas), peningkatan margin kotor dan laba bersih KLBF yang didorong penurunan biaya produksi menunjukkan efisiensi operasional yang kuat. Ia memproyeksikan laba bersih KLBF mencapai Rp 3,5 triliun di 2025, dan terus naik hingga Rp 4,5 triliun di 2027, dengan rata-rata pertumbuhan EPS 12% per tahun. Namun, ia juga menyesuaikan target harga menjadi Rp 1.450 per saham dengan rekomendasi buy.

Meskipun menghadapi tekanan daya beli dan tantangan ekonomi global, KLBF tetap menunjukkan prospek positif melalui strategi efisiensi, ekspansi produk, dan diversifikasi risiko mata uang, seperti disampaikan oleh ketiga tokoh analis tersebut.

Karut-marut Emiten BUMN Farmasi

KT1 02 Nov 2024 Investor Daily (H)
Tata kelola yang amburadul menjadi biang keladi dari karut-marutnya emiten  BUMN Farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF). Pemulihan keduanya masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Menteri BUMN Erick Thohir untuk segera diselesaikan. Kini, Kementerian BUMN kembali berakrobat  dengan bantuan setir model bisnis KAEF dan INAF. Erick menyampaikan, Kementerian BUMN tengah melakukan pembenahan model bisnis terhadap BUMN Farmasi. Indofarma akan dikembalikan kepada bisnis intinya sebagai produsen bahan baku ekstrak. Sedangkan, Kimia Farma tetap menjadi perusahaan di industri dengan jaringan apoteknya. Aksi banting setir pemerintah terhadap model bisnis KAEF dan INAF ini dilakukan setelah upaya Kementerian BUMN untuk memfokuskan Indofarma pada industri herbal gagal ditengah jalan menyusul buruknya tata kelola atau good corporate governance (GCG) BUMN Farmasi tersebut. Cita-cita pemerintah mendesain Indofarma sebagai pemain di industri herbal tidak lepas dari tingginya ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku impor yang mencapai 80%. (Yetede)

Pyridam Akan Mengakusisi 7 Perusahaan Farmasi Asing

KT1 14 Oct 2024 Investor Daily (H)

Langkah agresif PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) dalam mencapai perusahaan farmasi  asing, tampaknya belum berhenti. Setelah sukses mengakuisisi 100% saham asal Australia, Probiotec Limited senilai AUS$ 252 juta atau setara Rp2,75 triliun pada pertengahan Juni 2024, emiten berkode PYFA ini menyatakan rencana  akuisisi lanjutan dengan tujuh target potensial. Aksi tersebut mendapat respon positif pelaku pasar, terlihat dari pergerakan harga saham PYFA yang melonjak 84% dalam satu bulan ini, dan melesat 140% selama tiga bulan terakhir. Manajemen Pyridam Farma mengungkapkan, pertumbuhan inorganik melalui merjer dan akuisisi menjadi salah satu strategi bisnis perseroan untuk mencatatkan kenaikan pendapatan ke depannya.

"Pertumbuhan inorganik dengan mengakuisi perusahaan farmasi lainnya untuk mendapatkan akses ke produk dan pasar baru, dengan 7 potensial  target perusahaan," tulis manajemen PFYA dalam materi paparan publik yang dirilis Minggu (13/10/2024). Manajemen PFYA menyebut, tujuh perusahaan yang menjadi target merjer dan akuisisi perseroan yakni satu perusahaan asal Myanmar, dan satu lagi dari Malaysia. Strategi pertumbuhan inorganik tersebut, diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan pendapatan 2025 hingga lebih dari 50% dibanding hanya mengandalkan secara organik. (Yetede)

Akses Pengobatan yang Terjangkau bagi Pasien HIV

KT3 05 Oct 2024 Kompas
Kelompok masyarakat sipil, termasuk orang dengan HIV, mendorong produksi generik dan akses yang terjangkau dalam pengobatan HIV, khususnya penyediaan obat lenacapavir. Produksi generik dan akses terjangkau obat lenacapavir ini sangat penting karena pasien HIV membutuhkan obat antiretroviral yang harus dikonsumsi setiap hari. Upaya mendorong produksi generik dan akses pengobatan HIV yang terjangkau dilakukan kelompok masyarakat sipil dengan mengajukan permohonan banding atas pemberian paten obat lenacapavir ke Komisi Banding Paten Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Banding paten ini sudah diajukan sejak 2023 dan sidang selanjutnya dijadwalkan pada Selasa, 8 Oktober 2024.

Lenacapavir adalah obat antiretroviral (ARV) generasi baru dengan cara kerja longacting (jangka panjang) atau tidak perlu dikonsumsi setiap hari. Obat ini didaftarkan patennya di Kemenkumham oleh perusahaan farmasi global Gilead Sciences di Indonesia. Peneliti Senior Indonesia lobal Justice (IGJ) Lutfiyah Hanim menyampaikan, banding paten yang dilakukan kelompok masyarakat sipil ini sangat penting untuk memastikan adanya akses pengobatan HIV bagi masyarakat secara generik dan terjangkau. ”Pengobatan HIV di Indonesia sebenarnya dimasukkan ke dalam program di mana orang dengan HIV mendapatkan obat secara gratis dari pemerintah. Namun, berdasarkan pengalaman kami, akan semakin banyak pasien yang di-cover jika harga obat semakin terjangkau,” ujar Hanim dalam konferensi pers secara daring, Jumat (4/10/2024).

Banding paten obat lenacapavir sangat penting karena selama ini banyak perusahaan farmasi besar berupaya mematenkan obat tersebut. Padahal Hanim menilai lenacapavir bukanlah obat yang bisa dipatenkan karena tidak memiliki kebaruan. Paten ini juga akan mempersulit sebuah perusahaan memproduksi lenacapavir secara generik. Menurut Hanim, perusahaan pemilik paten lenacapavir telah mengajukan paten di banyak negara, seperti India dan Vietnam. Pengajuan banding paten tidak hanya dilakukan oleh kelompok masyarakat sipil di Indonesia, tetapi juga banyak negara, termasuk India. (Yoga)

Distribusi & Logistik Jadi Penopang Utama Kinerja Perusahaan

HR1 27 Sep 2024 Kontan

Kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berhasil melampaui estimasi analis pada semester I-2024. Pendapatan KLBF mencapai Rp 16,3 triliun, tumbuh 7,6% secara tahunan. Alhasil laba emiten farmasi ini tembus hingga Rp 1,8 triliun atau tumbuh 18,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Analis Panin Sekuritas, Sarkia Adelia menilai, kinerja positif ini ditopang segmen distirbusi dan logistik dan segmen obat resep. Segmen distribusi dan logistik mencatat pertumbuhan 17,1% secara tahunan menjadi Rp 5,3 triliun, ditopang beberapa produsen baru. Sarkia memperkirakan, segmen distribusi dan logistik berpotensi terus berlanjut dan menjadi penopang bagi Kalbe ke depan. Ini sejalan dengan ekspansi bisnis melalui Enseval dan penambahan principal baru yang bisa mendorong kenaikan pendapatan dari partai ketiga tahun ini. Seiring dengan langkah ekspansi ke bidang usaha distribusi cold-chain, perluasan infrastruktur dan jaringan distribusi serta kolaborasi dengan mitra internasional guna mempercepat proses transfer teknologi yang meningkatkan kapabilitas produksi, jelas Sarkia, dalam riset 20 Agustus 2024. 

Segmen consumer health dan nutrisi mencatatkan rasio penjualannya relatif datar dengan masing-masing pertumbuhan hanya 1,3% yoy dan 0,5% yoy. Sarkia memperkirakan, segmen ini hanya akan tumbuh satu digit dengan ditopang produk Promag sebagai kontributor terbesar serta minuman energi Extra Joss karena permintaan yang tinggi di pasar ekspor. Analis CGS Internasional Sekuritas, Jason Chandra dan Elizabeth Noviana menilai, kinerja KLBF terdampak dari investasi dalam produk farmasi khusus pada 2018-2023.Ini mencakup produk biologi, biosimilar, serta obat-obatan kimia yang sebagian besar digunakan untuk pengobatan kanker. "Kontribusi produk khusus terhadap total pendapatan meningkat dari 1% pada 2018 menjadi 3% pada pertengahan tahun ini," jelas Jason dan Elisabeth, dalam riset 10 September 2024. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menilai, penguatan rupiah bisa jadi katalis positif bagi kinerja KLBF. Ini karena bahan baku produksi farmasi diimpor dari luar negeri.

Memacu Produksi Vaksin Dalam Negeri

KT3 12 Sep 2024 Kompas

Kemandirian bangsa akan produk farmasi, termasuk produk biofarmasi, seperti vaksin, merupakan keniscayaan. Kebutuhan masyarakat akan produk tersebut makin besar. Maka, penelitian dan produksi vaksin dalam negeri perlu terus didorong. Hal ini diutarakan Menkes Budi Gunadi Sadikin saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia, di Bogor, Jabar, Rabu (11/9). Industri farmasi harus terus berkembang sehingga percepatan akan kemandirian bangsa terhadap produk farmasi, khususnya produk vaksin, bisa terwujud. ”Ke depan, saya harap (penelitian vaksin) yang dikembangkan tidak hanya terkait infectious disease (penyakit menular), tetapi juga vaksin untuk sistem imun,” ucapnya. Menurut Budi, keberadaan fasilitas produksi vaksin yang dikembangkan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia menjadi bukti bahwa industri farmasi nasional semakin berkembang.

Hal itu turut mendukung transformasi sistem kesehatan dari pemerintah. Budi menambahkan, produksi vaksin diharapkan bisa berkembang tidak hanya satu jenis vaksin. Berbagai pathogen yang berisiko menjadi penyakit dan wabah di masyarakat perlu diatasi dengan baik melalui pencegahan dengan pemberian vaksin. Dirut PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia FX Sudirman menyatakan, PT Biotis bekerja sama dengan Universitas Airlangga dalam penelitian dan pengembangan vaksin yang dibutuhkan masyarakat. Sebelumnya, PT Biotis juga memproduksi vaksin Merah Putih atau Inavac yang digunakan dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Vaksin tersebut merupakan hasil nyata dari kerja sama antara industri, yakni PT Biotis, dengan akademisi dan peneliti dari Universitas Airlangga.

”Masa depan Indonesia akan lebih baik karena vaksin Merah Putih menginspirasi banyak peneliti,” ungkapnya. Sudirman menuturkan, selama ini kerja sama juga sudah dilakukan dengan berbagai pihak terkait dengan produksi vaksin dalam negeri. Salah satunya adalah kerja sama dengan India dalam memproduksi vaksin pentavalen untuk mencegah penyakit difteri. Selain itu, PT Biotis juga bekerja sama dengan Beijing Minhai Biotechnology Co Ltd (Minhai), China, dalam produksi vaksin PCV-13 yang digunakan untuk mencegah penyakit pneumonia pada anak. Ada pula kerja sama dengan Indian Immunologicals Ltd (IIL) dalam pengembangan vaksin hepatitis B. (Yoga)

Penguatan Rupiah, Emiten Farmasi Lihat Peluang

HR1 10 Sep 2024 Kontan

Pemerintah dan parlemen belum lama ini menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2025.Nilai tukar rupiah dipatok di level Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Angka ini lebih rendah daripada usulan pemerintah sebelumnya Rp 16.100 per dolar AS. Penetapan asumsi kurs rupiah tersebut diproyeksi bakal menjadi angin segar bagi emiten farmasi. Maklum, emiten di sektor ini memiliki ketergantungan tinggi terhadap bahan baku impor. Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Kartika Setiabudy mengatakan, kurs rupiah berpengaruh ke harga pokok penjualan perusahaan. Sebab, impor bahan baku obat belum tersedia secara lokal. Dalam kondisi kurs rupiah yang melemah terhadap dolar AS, perusahaan berupaya mengelola tingkat margin dengan strategi bauran produk dan pengelolaan harga. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, pengaruh dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tergantung pada strategi perusahaan untuk menjaga performanya. Misal, perusahaan bisa saja melakukan hedging. Jadi, pelemahan rupiah tidak berdampak pada naiknya biaya.