;

Alarm Inflasi Mengancam Sektor Retail

Ekonomi Yoga 11 Oct 2022 Tempo
Alarm Inflasi Mengancam Sektor Retail

Pelaku usaha retail mulai mengencangkan ikat pinggang seiring dengan tren inflasi yang masih terus melaju hingga akhir tahun. Kenaikan harga barang secara serempak dipastikan akan menahan minat belanja masyarakat dan menggerus tingkat penjualan. Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Tutum Rahanta, berujar, ancaman inflasi membuat masyarakat lebih selektif dalam membeli produk kebutuhan sehari-hari. Terlebih, penghasilan masyarakat cenderung tetap atau tak mengalami kenaikan yang berarti. “Ketika harga produk naik, masyarakat akan lebih waspada dalam mengelola pengeluaran mereka,” ujarnya kepada Tempo, kemarin, 10 Oktober 2022. Di sisi lain, pelaku usaha tak memiliki pilihan selain mengerek harga barang yang dijual, karena hal itu bergantung pada harga yang dipasang pemasok atau supplier dan bergantung pada persaingan harga yang terjadi di pasar. “Pasti ada kenaikan, karena ongkos produksi dengan marginnya itu harus dijaga,” ucap Tutum. Imbasnya, masyarakat harus menyesuaikan pola belanja mereka ketika inflasi dan kenaikan harga-harga terealisasi. Pola belanja yang lebih ketat itu pun mulai dirasakan oleh peretail dalam beberapa waktu terakhir. 

Tutum mencontohkan, konsumen cenderung akan mengurangi jumlah barang yang dibeli untuk menyiasati kenaikan harga yang terjadi. “Misalkan, sebelumnya membeli 10 barang, sekarang menjadi 9 atau 8 barang saja. Jadi, secara harga atau nominal tidak berkurang,” kata dia. Barang-barang kebutuhan pokok akan menjadi prioritas masyarakat, khususnya makanan dan minuman. Sebaliknya, konsumsi barang-barang yang bersifat sekunder, seperti produk busana, aksesori, gadget, dan elektronik, berpotensi dibatasi. Adapun di tengah badai inflasi, peretail berusaha tetap mempertahankan kinerja dan mengantisipasi terjadi penurunan penjualan secara signifikan. Tutum mengatakan, peretail berupaya untuk menjaga kemampuan belanja konsumen dengan menyediakan diskon atau promosi yang menarik. Namun, menurut dia, strategi ini pun tak selamanya ampuh, apalagi jika kontraksi daya beli terjadi cukup dalam. “Kalau dikasih diskon besar tapi uang kering, jumlah belanjanya akan segitu-gitu juga. Jadi, program diskon ini hanyalah salah satu cara untuk tetap menarik konsumen, bukan memperbesar belanja, karena kemampuan masyarakat akan tetap,” ucapnya. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, sepakat inflasi menjadi ancaman yang harus diwaspadai oleh peretail. Dia pun tak menampik ada risiko terganggunya pertumbuhan industri retail akibat inflasi yang berkepanjangan. (Yoga)


Tags :
#Inflasi #Ritel
Download Aplikasi Labirin :