PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK : BERBURU RAMUAN TEPAT UNTUK CHEMICAL EOR

PT Pertamina Hulu Rokan terus memburu formula dan bahan kimia yang tepat untuk digunakan dalam program chemical enhanced oil recovery di Lapangan Minas, Blok Rokan yang menjadi salah satu komitmen kerja pasti 5 tahun perusahaan saat mengambil alih wilayah kerja tersebut.n Hingga kini formula dan kandungan kimia yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan chemical enhanced oil recovery (EOR) masih menjadi tantangan yang dihadapi oleh Pertamina Hulu Rokan sejak mengambil alih Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia pada 9 Agustus 2021. Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Wiko Migantoro mengatakan bahwa perusahaan masih mencari formula dan kandungan kimia yang sesuai dengan teknologi chemical EOR di Blok Rokan. Untuk memuluskan pelaksanaan chemical EOR di Blok Rokan, Wiko juga tetap membuka peluang untuk mengakuisisi formula kimia yang dimiliki Chevron, melalui anak usahanya Chevron Oronite. Selain itu, Pertamina aktif mengembangkan formula kimia yang mirip dengan buatan Chevron Oronite agar bisa segera melaksanakan chemical EOR di Lapangan Minas. Meski masih menghadapi tantangan dari bahan kimia yang akan digunakan, Pertamina Hulu Rokan tetap menargetkan chemical EOR bisa dilakukan pada akhir tahun depan. Artinya, rangkaian studi dan keputusan akhir investasi bisa dirampungkan pada awal 2024. Adapun, Deputi Eksplorasi, Pengebangan, dan Manajemen Wilayah Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Benny Lubiantara mengatakan bahwa rencana pengembangan atau plan of development (PoD) chemical EOR tahap 1 untuk Lapangan Minas akan segera disetujui sebelum tahun berganti. Pelaksanaan chemical EOR dinilai menjadi upaya penting dalam industri hulu migas nasional, karena menjadi salah satu penopang utama long term plan untuk mendukung upaya pencapaian target produksi 1 juta barel minyak per hari (bph), dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (Bscfd) pada 2030. Metode chemical EOR umumnya diaplikasikan untuk meningkatkan produksi hidrokarbon dari reservoir minyak apabila metode primary recovery dan secondary recovery tidak efisien lagi untuk menguras minyak. Dari sisi keekonomian, investasi yang dikeluarkan oleh KKKS harus sebanding dengan tambahan hasil produksi yang diperoleh dari lapangan tersebut. Apalagi, pelaksanaan EOR memiliki risiko yang tinggi jika diterapkan di lapangan migas yang sudah matang. Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengatakan bahwa Pertamina Hulu Rokan berhasil menahan penurunan produksi minyak di level 167.000 barel minyak per hari (bopd). Sementara itu, produksi minyak dari Blok Cepu susut ke angka 140.000 bopd. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat total komitmen investasi dari optimasi pengembangan lapangan (OPL) Banyu Urip tembus US$203,5 juta. Adapun, komitmen investasi pengeboran lanjutan itu diperkirakan dapat mengerek tambahan cadangan minyak ExxonMobil Cepu Limited ke level 42,92 juta barel minyak (MMBO). “First oil kalau tidak salah, setelah melakukan pengeboran 2 bulan. Lalu, mulai produksi Agustus tahun depan,” ujarnya. Untuk diketahui, ExxonMobil Cepu Limited berada di urutan pertama ihwal torehan produksi minyak sepanjang semester pertama 2023. Berdasarkan catatan SKK Migas, perusahaan berhasil menghimpun produksi minyak sebesar 165.265 bopd sepanjang paruh pertama tahun ini.
Postingan Terkait
Artikel Populer
-
Tekan Inflasi, Pasar Murah
04 Jan 2025 -
Tapera Beri Angin Segar Emiten Perbankan
05 Jun 2024 -
Ledakan Smelter Berulang, Optimalkan Pengawasan
28 Dec 2023 -
KISAH SEGITIGA ANTARA VIETNAM, CHINA, DAN AS
28 Dec 2023