DAMPAK KONFLIK TIMUR TENGAH : PENGEMBANG PROPERTI WAIT AND SEE
Pengembang properti mewaspadai dampak eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah bakal mengerek naik harga properti seiring penggunaan material dari luar negeri yang sensitif terhadap kurs. Menahan ekspansi dan menghabiskan stok menjadi salah satu strategi. Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia (DPP REI) Bambang Ekajaya mengatakan gejolak geopolitik sangat berdampak pada biaya pembangunan properti lantaran komponennya menggunakan material dari luar negeri yang pembayarannya menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Efek utama dari perang juga berdampak pada sektor energi yang mengerek harga minyak tembus kembali di level US$100 per barel. Hal ini sangat dikhawatirkan oleh pengembang properti karena akan berdampak pada biaya transportasi pengangkutan bahan material.
Kenaikan biaya konstruksi properti nantinya akan berimbas pada daya beli masyarakat khususnya kalangan menengah ke atas. Menurut Bambang, investor akan menahan diri atau wait and see dalam menyikapi kondisi ekonomi global. Bambang memproyeksikan biaya konstruksi mengalami kenaikan 10% yang akan mengerek harga properti bakal naik sebesar 5%. Meskipun demikian, pengembang akan menahan diri untuk menaikkan harga properti. Meski demikian, pengembang juga akan menahan ekspansi pengembangan proyek baru dan memilih untuk menghabiskan stok produk properti yang ada.
Hal senada disampaikan oleh CEO PT Leads Property Services Indonesia Hendra Hartono bahwa dampak langsung dari memanasnya perang di sejumlah negara berdampak ke bahan bakar minyak. Kenaikan harga BBM ini tentu berimbas pada kenaikan bahan bangunan yang turut mengerek biaya konstruksi properti. Di sisi lain, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berpengaruh terhadap kenaikan besi, baja, mekanikal elektrikal seperti genset, AC, lift, dan escalator. Selain itu, berdampak pada bahan finishing import seperti marmer, sanitair, lampu, dan lain sebagainya. Menurut Hendra, segmen kalangan yang berimbas akibat ketegangan politik dan tekanan nilai tukar rupiah yakni berhubungan dengan high rise building seperti apartemen middle low karena tetap membutuhkan besi, baja, dan mekanikal elektrikal impor.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip berpendapat gejolak nilai tukar dan kenaikan harga minyak ini diperkirakan hanya temporer karena respons sesaat pasca meningkatnya ketegangan antara Iran-Israel. Konflik Iran-Isarel diperkirakan tidak berlanjut dan tidak meluas. Hal ini karena pasca-Iran melakukan serangan balasannya, Israel sepertinya menahan diri untuk melakukan serangan ke Iran. “Dengan demikian, saya memperkirakan, nilai tukar Rupiah akan kembali menguat ke level di bawah Rp16.000 per US$ dalam 1 bulan ke depan. BI juga tampaknya, sudah melakukan intervensi pasar sehingga, potensi penguatan rupiah akan semakin besar,” jelanya. Dia menilai pengembang akan berpikir ulang untuk menaikan harga jual propertinya. Pasalnya, daya beli masyarakat masih terbatas dan indeks penghasilan masyarakat masih belum pulih sehingga jika pengembang menaikan harga properti maka akan merugikan developer sendiri. Dari sisi penjualan, segmen rumah tapak dan apartemen tipe menengah ke bawah akan mengalami pertumbuhan tinggi di tengah tekanan geopolitik.
Namun, untuk properti hunian komersial dan apartemen menengah ke atas akan mengalami pertumbuhan penjualan yang terbatas. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menuturkan adanya ketegangan geopolitik dan melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada industri properti Tanah Air. Hal itu meningkatkan biaya bahan biaya bahan baku konstruksi terutama bahan baku dengan konten impor yang tinggi seperti besi, kaca dan keramik. Terpisah, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat menuturkan gejolak geopolitik tidak berdampak secara langsung terhadap pertumbuhan properti di Indonesia mengingat sektor properti di Indonesia masih didominasi oleh konsumen lokal baik individu maupun perusahaan.
Tags :
#PropertiPostingan Terkait
Artikel Populer
-
Tekan Inflasi, Pasar Murah
04 Jan 2025 -
Tapera Beri Angin Segar Emiten Perbankan
05 Jun 2024 -
Ledakan Smelter Berulang, Optimalkan Pengawasan
28 Dec 2023 -
KISAH SEGITIGA ANTARA VIETNAM, CHINA, DAN AS
28 Dec 2023