;

Skema Subsidi Energi Berubah, Subsidi BLT Diusulkan

Skema Subsidi Energi Berubah, Subsidi BLT Diusulkan

Pemerintahan Prabowo Subianto berencana mengubah subsidi energi menjadi bantuan langsung tunai (BLT). Kebijakan ini diklaim akan menghemat anggaran Rp 150 triliun hingga Rp 200 triliun lantaran pemberian subsidi energi selama ini dinilai tidak tepat sasaran. Wacana ini diungkapkan oleh Dewan Penasihat Presiden terpilih Prabowo Subianto, Burhanuddin Abdullah. Pada pekan lalu, dia mengungkapkan, subsidi di era Prabowo akan langsung menyasar target melalui bantuan tunai, sehingga tidak lagi berfokus pada komoditas. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan target pemerintahan saat ini dan pemerintahan berikutnya tetap sama, yakni menyalurkan subsidi energi tepat sasaran. Meski demikian, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama (KLIK) Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi mengatakan belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan tim transisi pemerintahan Prabowo terkait hal tersebut. Wakil Ketua Komisi VII DPR sekaligus Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Eddy Soeparno mengatakan, Kementerian ESDM dan Komisi VII tengah menyusun formula kebijakan subsidi energi. Hanya saja, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang menjadi acuan penerima subsidi, perlu disempurnakan. Rencananya, untuk subsidi elpiji tabung 3 kilogram (kg) akan ditransfer langsung ke rekening penerima sebesar Rp 100.000 per bulan. 

Kemudian untuk bahan bakar minyak (BBM), subsidi akan diberikan kepada pengguna yang memiliki QR Code. Vice President Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, pihaknya sebagai badan usaha milik negara (BUMN) akan mengikuti kebijakan pemerintah. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai, pemberian subsidi secara langsung akan lebih tepat. "Subsidi energi langsung supaya lebih clear dalam mekanisme APBN-nya," kata dia, kemarin. Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky menilai, rencana perubahan mekanisme penyaluran subsidi energi belum tentu tepat sasaran. Pasalnya, selama ini penyaluran BLT masih ada salah sasaran yang signifikan. Dengan persoalan data yang belum akurat, ditambah fenomena penurunan jumlah kelas menengah, dia khawatir rencana kebijkan ini justru semakin memukul daya beli kelas menengah. Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga mengingatkan pemerintah agar perubahan mekanisme penyaluran subsidi ke BLT perlu menyasar masyarakat rentan miskin serta aspiring middle class..

Tags :
#Energi #subsidi
Download Aplikasi Labirin :