;
Tags

Pasar Modal

( 326 )

Pasar Saham Diwarnai Sentimen Positif

Ayutyas 16 Jun 2020 Investor Daily, 26 Mei 2020

Indeks harga saham gabungan (IHSG) selama pekan ini diproyeksi berfluktuasi dengan kecenderungan menguat. Hal itu dipengaruhi oleh sejumlah sentimen positif dari pasar global terkait penemuan vaksin Covid-19. Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, peluang penguatan indeks juga didasari oleh hasil analisis teknikal, yaitu indikator bollinger bands yang menunjukkan indeks berpeluang bergerak pada level support 4.466 dan resistance 4.667.Selain itu, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) direkomendasikan akumulasi beli pada level Rp 3.1203.180, dengan target harga secara bertahap Rp 3.250, Rp 3.500, Rp 3.750, dan Rp 4.000. Kemudian, saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) direkomendasikan sell on strength pada level Rp 920-930, dengan target harga Rp 880.

Secara terpisah, pendapat  berbeda disampaikan oleh As sociate Director of Research  and Investment PT Pilarmas  Investindo Sekuritas Maximil- ianus Nico Demus. Menurut  dia, IHSG pekan ini berpotensi  turun dengan rentang pergera kan 4.415-4.630. Kemudian, sentimen lain  yang mempengaruhi pergera kan indeks adalah ketegangan  antara AS dan Tiongkok, serta  perseteruan antara Tiongkok  dan Hong Kong yang kembali  memicu demonstran. menurut  Nico, para investor perlu mem- perhatikan sektor perbankan,  sebab harga yang dimiliki sek- tor ini dapat dibilang sedang  mengalami pelemahan.

Mengatur Lagi Portofolio Investasi di Era New Normal

Ayutyas 14 Jun 2020 Kontan, 26 Mei 2020

Mulai pekan ini, secara bertahap, Indonesia akan memasuki situasi normal yang baru atawa new normal. Meski kasus infeksi korona masih terus meningkat, pemerintah mulai mengizinkan perkantoran beroperasi. Sekolah dan pusat perbelanjaan juga akan menyusul buka dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan Covid-19. Misal, pengaturan waktu kerja agar tidak terlalu panjang.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menilai, pengaruh kenormalan baru ke pasar modal masih sulit diprediksi. Di satu sisi, kinerja emiten akan positif karena bisnis kembali berjalan. Walau tidak langsung kembali ke kondisi sebelum pandemi kata dia kemarin. Di sisi lain, ada risiko lantaran kasus Covid-19 masih terlihat meningkat sedangkan di negara lain relaksasi dilakukan setelah grafik kasus turun, sehingga risiko gelombang kedua lebih kecil.

Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Toufan Yamin menilai, tekanan pada pasar modal masih cukup kuat. Sebab, aktivitas ekonomi akan bergerak dengan pola U-shaped recovery. Maklum, selain Covid-19, perang dagang Amerika Serikat dan China kembali terjadi.

Terkait kinerja sejumlah instrumen investasi yang diprediksi belum akan kembali normal di masa new normal, para pakar menyarankan investor menjaga likuiditas keuangan dalam kondisi seperti ini. Oleh karena itu, investor sebaiknya mengalokasikan mayoritas dana investasi jangka pendek dan menengah di instrumen likuid seperti reksadana pasar uang. Investor bisa menempatkan sekitar 60% investasi di reksadana pasar uang dan 25% di reksadana pendapatan tetap. Lalu sekitar 15% bisa ditempatkan di saham blue chips.

Toufan, Farash dan Lusiana Darmawan, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning, menyarankan investor memenuhi dana darurat terlebih dulu, bahkan sebaiknya diperbanyak dan menerapkan strategi capital preservation untuk tujuan investasi jangka pendek dan pada imbal hasil yang lebih stabil. Lusiana menambahkan berinvestasi di aset saham saat ini masih bisa dilakukan secara bertahap. Namun investasi sebaiknya dilakukan dalam jangka panjang. Toufan menilai saham-saham yang bergerak di sektor kebutuhan dasar seperti barang konsumsi dan infrastruktur telekomunikasi di era new normal menarik dikoleksi.

Pasar Modal Kian Ramai Investor

Ayutyas 07 May 2020 Tempo, 04 May 2020

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia atau (BEI) Inarno Djajadi mengatakan jumlah investor kian bertumbuh, ditandai dengan kenaikan single investor identification (SID) atau identitas tunggal investor sejak awal tahun.

Menurut Inarno, hal ini terjadi di tengah tingginya arus keluar modal asing (capital outflow) akibat pandemi Covid-19. Kenaikan jumlah investor juga bisa dikaitkan dengan hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) beberapa emiten, yang memutuskan pemberian dividen dengan jumlah besar.

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fauzi mengatakan SID saham masih terus bertumbuh hingga 6,8 persen. Menurut Hasan, pertumbuhan signifikan tersebut berasal dari minat pembukaan SID oleh investor retail domestik. 

Hasan mengatakan manajemen BEI bersama anggota bursa dan manajer investasi tetap memberikan sosialisasi dan edukasi bagi para investor dan calon investor melalui jaringan Internet. BEI juga menyediakan laman khusus untuk pembukaan rekening efek dan rekening dana investor secara online.

Analis dari OSO Sekuritas, Sukarno Alatas, mengatakan pelaku usaha yang mengalami penurunan pendapatan akibat dampak pandemi kini mencari cara untuk menghasilkan dana lewat pasar modal. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan pertumbuhan SID juga terjadi karena makin banyak anak muda yang tertarik untuk mencoba bermain saham. 

Menurut Bhima, ketika IHSG anjlok, dan bahkan hingga di bawah level 4.000, banyak investor pemula yang tertarik membeli saham. Mereka punya pandangan, ketika pandemi berakhir, pasar saham akan rebound.

Investor Keluar dari Pasar Saham dan Masuk Dollar

Benny1284 23 Mar 2020 Kontan, 23 Maret 2020

Sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencatatkan koreksi hingga 33,41%. Bersamaan dengan itu, dana asing keluar dari pasar saham di Tanah Air. Indonesia bukan satu-satunya yang kehilangan dana asing. Di Asia Tenggara, dana asing yang cabut dari bursa saham Thailand dan Malaysia lebih banyak. Sejak awal tahun, dana asing yang keluar dari bursa saham Thailand mencapai US$ 3,31 miliar. Dari bursa saham Malaysia mencapai US$ 1,59 miliar. Sementara dana yang cabut dari Indonesia US$ 709,2 juta  Namun perlu dicatat, dana asing yang keluar dari pasar obligasi Indonesia jauh lebih besar, mencapai US$ 6,04 miliar. Sementara dari Malaysia sekitar US$ 890,1 juta. Pasar obligasi Thailand bahkan masih mencetak net buy senilai US$ 12,54 miliar. Di bursa saham dalam negeri, saham yang banyak dijual asing antara lain BBCA, BBNI, BBRI, TLKM dan UNVR. Net sell asing di lima saham ini mencapai Rp 9,67 triliun. Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan, keluarnya asing merefleksikan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Investor mengurangi eksposur di aset berisiko dan pindah ke aset minim risiko.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, asing migrasi ke dollar AS, karena dollar AS sedang trend naik. Dollar AS terus menguat. Jumat lalu (20/3), indeks dollar AS mencapai 102,82. Dua pekan sebelumnya, indeks ini masih di 95,95. Artinya, dalam dua pekan, dollar AS naik 7,16% Jika sentimen corona berlanjut, IHSG diproyeksikan jatuh makin dalam. Skenario terburuknya, IHSG merosot dan menyentuh level 3.000. Di tengah aksi jual asing yang masif, Aria merekomendasikan investor berorientasi jangka panjang melakukan cicil beli. Sedangkan bagi investor jangka pendek sebaiknya menunggu tekanan jual mereda dan ikut ketika ada tren harga naik.


Cash is The King

Benny1284 20 Mar 2020 Kontan, 20 Maret 2020

Menempatkan dana di safe haven atau aset lindung nilai tak lagi menjamin nilai aset Anda positif dalam kondisi pasar yang tak menentu seperti saat ini. Menurut pengamat, memperbesar posisi dana tunai adalah pilihan yang tepat dalam kondisi saat ini. Budi Raharjo, perencana keuangan dari OneShildt bahkan merekomendasikan menaikkan porsi dana darurat. Pandemi virus corona membuat kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun 34,83% secara year to date (ytd). Dalam lima tahun, IHSG anjlok 18,68%. Tak hanya itu, yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun merangkak ke 8%.

Pasalnya, dampak penyebaran Covid-19 terhadap pertumbuhan ekonomi masih belum bisa dihitung secara pasti. Meski pandemi corona diyakini hanya sementara, tapi belum ada yang bisa menghitung kerugian akibat corona. Sejumlah stimulus yang dikeluarkan otoritas juga tidak mampu menahan kejatuhan pasar modal. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan, investor perlu memperbanyak kas untuk menjaga agar aset tidak jatuh terlalu dalam. Jadi tujuannya bukan memburu imbal hasil tapi menjaga likuiditas. Porsi dana darurat harus ada minimal tiga sampai enam kali dari pengeluaran setiap bulan. Karena itu, rencana portofolio juga perlu sedikit penyesuaian. Bagi investor dapat memperbesar porsi dana kas hingga 30%. Lalu 30% lagi ditempatkan di emas atau obligasi untuk diversifikasi. Penempatan dana di saham masih bisa dialokasikan hingga 40%. Tapi, idealnya investor masuk secara bertahap. Investor konservatif bisa menaikkan porsi cash hingga 60% dari total dana investasi. Lalu 20% bisa ditempatkan di saham yang fundamental bagus dan sisanya di emas atau obligasi ritel. Investor agresif dapat menempatkan 40% investasi pada aset yang bersifat fixed income. Lalu 30% ditempatkan di pasar uang dan sebesar 30% di saham. Sementara investor konservatif dianjurkan lebih mengalokasikan dananya ke instrumen pasar uang.


Pasar Meragukan Cara Penanganan Corona

Benny1284 19 Mar 2020 Kontan, 18 Maret 2020

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus melemah. Kemarin, indeks saham merosot ke 4.456,75 setelah sempat mengalami trading halt. Sejak awal tahun, IHSG turun 29,25%, sementara nilai kapitalisasi bursa saham turun lebih dari Rp 2.000 triliun. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) merosot 8,61% sejak awal tahun dan menjadi kurs dengan kinerja terburuk di Asia. Kemarin, kurs spot rupiah ditutup di Rp 15.173 per dollar AS.

Pelaku pasar tampak meragukan dan merespons negatif langkah-langkah pemerintah dalam mengatasi penyebaran virus corona. Apalagi, jumlah korban terus bertambah. Berdasarkan data Selasa (17/3), jumlah pasien positif corona bertambah 38 orang menjadi 172 kasus positif virus korona. Dari jumlah itu, sembilan pasien virus korona dinyatakan sembuh, dan tujuh pasien meninggal dunia. Situasi inilah yang membikin panik pelaku pasar. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebut, pemerintah sudah menerbitkan sejumlah kebijakan fiskal.

Setali tiga uang, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai, ketegasan pemerintah saat ini dalam menangani corona sangat dibutuhkan. Namun Hans berpendapat lockdown bukan solusi terbaik. Alasannya, setiap negara memiliki karakteristik penduduk berbeda. Teguh Hidayat, Direktur Avere Investama, mengatakan, pemerintah sebenarnya sudah bergerak. Tapi komunikasi stimulus perlu diperbaiki supaya sepenuhnya sampai ke telinga masyarakat. Hans dan Wawan sepakat, pemerintah secara paralel memikirkan efek ekonomi setelah wabah ini bisa dikendalikan. Sebab dengan kondisi saat ini saja ekonomi global dan Indonesia tengah terancam. Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi berujar, penanganan usai Covid-19 bisa dikendalikan juga sangat penting. Ia menilai perlu ada stimulus dari pemerintah. Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing berharap, stimulus pajak bukan hanya ditujukan ke sektor tertentu, tapi ke semua sektor industri. Ini akan menjadi sentimen positif bagi pasar.


Indeks Saham Bakal Terus Tertekan

leoputra 19 Mar 2020 Tempo, 18 Maret 2020

Sejumlah analis memperkirakan laju indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI masih tertekan sentimen negatif wabah virus corona yang kian meluas.

Direktur PT Anugrah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan investor khawatir atas efek berantai penyebaran virus corona. Terlebih, sejumlah negara telah menerapkan karantina wilayah atau lockdown. Pembatasan aktivitas seperti di Italia telah diikuti hampir semua negara di Eropa. Yang terbaru, Jerman dan Prancis menyatakan akan mengisolasi diri. Berkaca pada kondisi ini, Hans memperkirakan IHSG sulit meninggalkan level 4.400. Namun dia optimistis indeks tak akan jauh lebih dalam sehingga tak perlu sampai ada penghentian perdagangan. Hans menilai sejauh ini otoritas pasar moda telah mengantisipasi anjloknya IHSG dengan baik. Penerbitan aturan pembelian kembali saham (buyback) emiten adalah salah satu kebijakan yang dapat mengurangi tekanan di pasar. Aksi buyback emiten meberi sinyal positif dan mendorong pembelia saham oleh investor. BEI juga mengatur batas bawah auto rejection dengan menyesuaikan kondisi pasar. Pada 9 Maret lalu, manajemen BEI mengubah batas bawah maksimal 10 persen. Namun, selepas terjadi penurunan perdagangan hingga 5 persen pada 12 Maret, batasan tersebut diubah menjadi maksimal 7 persen per 13 Maret.


Indeks Harga Saham Berpeluang Menguat

leoputra 02 Mar 2020 Tempo, 02 Maret 2020

Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia diperkirakan mampu menguat pekan ini, meski masih dibayangi penyebaran virus corona (Covid-19) yang menyebar ke 65 negara.

Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, memperkirakan secara teknis IHSG berpotensi menguat. Namun, kata dia, melemahnya proyeksi data kinerja industri manufaktur sejumlah negara, salah satunya akibat kekhawatiran atas penyebaran virus Covid-19, bisa mengganggu pergerakan IHSG. Faktor pendukung pergerakan IHSG, Nafan melanjutkan, adalah optimisme pelaku pasar pada data ekonomi dalam negeri seperti inflasi yang masih stabil. Menurut dia, indikator tersebut bisa menopang stabilitas makroekonomi, sehingga investor masih percaya pada instrumen investasi di Indonesia. Nafan memperkirakan, pekan ini IHSG bergerak di level support 5.288,75 hingga 5.128,17 dan resistance 5.526,82 hingga 5.623,84. Pekan lalu IHSG lesu dan berada di zona merah. Pada penutupan perdagangan Jumat, 28 Februari lalu, IHSG melemah 1,50 persen atau 82,99 poin ke level 5.452,70. Angka ini melemah 7,3 persen jika dibanding pada pekan sebelumnya dan menjadi level terendah sejak Mei 2017. Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga memperkirakan IHSG bisa menguat. Dia menyoroti sentimen positif berupa pernyataan Otoritas Jasa Keuangan yang mengizinkan emiten membeli kembali (buy back) saham, saat harganya dinilai terlalu murah. Hans juga menyarankan pelaku pasar tidak panik dengan virus Covid-19 karena sebenarnya orang yang sembuh dari virus ini lebih banyak dibanding yang meninggal.

Virus Corona Goyang Daya Tahan Pasar Keuangan

leoputra 30 Jan 2020 Tempo, 30 Januari 2020

Perluasan infeksi vitrus corona berdampak pada goyahnya daya tahan pasar keuangan domestik. Investor menilai penyebaran virus corona sebagai sentimen negatif karena Cina, yang menjadi pusat penyebaran, merupakan poros ekonomi terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat.

Kekhawatiran investor itu tercermin dari kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan terakhir yang diwarnai pelemahan hingga 125,11 poin, meski kemarin telah naik tipis ke level 6.113,04. Ekonom dari PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, mengatakan pergerakan pasar saham kedepan belum sepenuhnya aman dan patut dicermati seiring dengan perkembangan wabah corona, yang hingga kemarin telah menjalar ke 16 negara. David melanjutkan, pelemahan terhadap sejumlah sektor saham juga perlu diwaspadai, khususnya sektor pertambangan, industri dasar, konstruksi, dan transportasi. Adapun pada perdagangan kemarin, bursa mencatat 210 saham mengalami penurunan, 198 nail, dan 133 saham tak bergerak. Sri Mulyani menjelaskan, pengaruh kinerja sektor pariwisata akan cukup dirasakan dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi. Apalagi saat ini pemerintah Indonesia sedang mengandalkan sektor tersebut sebagai lini unggulan. Ia melanjutkan, sebagai bentuk keseriusan menggarap sektor pariwisata, pemerintah telah menciptakan ikon lima destinasi super-prioritas. Agenda promosi wisata yang memasarkan destinasi andalan ini akan dilakukan hingga akhir 2020, termasuk ke Cina.

Emiten Super Jumbo Masih Langka

Benny1284 28 Nov 2019 Kontan

Usia Bursa Efek Indonesia (BEI) hampir setengah abad. Namun hingga saat ini, jumlah emiten dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari Rp 100 triliun hanya sebanyak 12 emiten per November ini. Tadinya, BEI sempat memiliki 14 saham dengan nilai kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Akan tetapi, dua emiten yang semula berada di jajaran emiten dengan kapitalisasi pasar super jumbo tersebut terdepak gara-gara harga sahamnya merosot.

Dua emiten yang keluar adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT United Tractors Tbk (UNTR). Kapitalisasi pasar GGRM merosot lantaran harga sahamnya merosot ke Rp 49.225 pada perdagangan Selasa (26/11). Sekadar info, itu harga terendah GGRM dalam tiga tahun terakhir. Keluarnya GGRM dari jajaran emiten berkapitalisasi pasar lebih dari Rp 100 triliun lantaran penerapan cukai hasil tembakau. Sementara UNTR disebabkan tren harga batubara yang terus menurun. Meski begitu, analis MNC Sekuritas Jessica Sukimaja menilai prospek saham GGRM masih menarik. Sebab kinerja GGRM di kuartal III masih tumbuh sesuai ekspektasi dan mampu menutup potensi risiko dengan baik. Selain itu, jumlah emiten berkapitalisasi pasar super jumbo tidak mempengaruhi kualitas bursa. Saham dengan kapitalisasi pasar menengah pun layak untuk investasi, sepanjang memiliki fundamental baik.

Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat menilai kinerja perusahaan di Indonesia masih berpotensi terus tumbuh. Otomatis, kapitalisasi pasar juga akan membesar. Saat ini, bisnis emiten tertekan faktor global seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Samsul berharap ada insentif dari pemerintah agar emiten nyaman berekspansi, sehingga dapat menggenjot kinerja.