Pasar Modal
( 326 )Pertumbuhan Pasar Modal Tergantung Stabilitas Politik
IHSG Menghijau ke Rekor Baru di 7.500
Indeks Harga Saham Gabungan kembali memecahkan rekor terbaru pada Selasa (20/8). Penguatan bersama bursa saham global menunjukkan optimism pasar pada penurunan suku bunga September mendatang. IHSG yang sehari sebelumnya melonjak ke level 7.466 melanjutkan pertumbuhan pada awal perdagangan hari ini hingga menembus level 7.500. Penguatan itu ditopang kenaikan harga saham di indeks keuangan, bahan baku, dan konsumer siklikal. Investor tercatat melakukan pembelian bersih senilai Rp 353 miliar, awal pekan ini. Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menilai, pergerakan IHSG masih berada di fase kenaikan.
Hal tersebut sejalan dengan laporan teknikal mereka yang memprediksi IHSG akan menguji level 7.513 jika berhasil melewati harga 7.488. ”Ke depan, kami perkirakan penguatan IHSG relatif terbatas dan rawan terkoreksi,” katanya hari ini. Pengamat pasar modal, Lanjar Nafi, mengatakan, IHSG di level 7.500 belum sepenuhnya terdorong dari saham-saham berkapitalisasi besar. Peningkatan ini lebih dipengaruhi kenyamanan investor akan masa depan arah suku bunga BI dan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Sentimen positif dalam negeri lainnya juga dipicu RAPBN 2025 yang diumumkan pekan lalu.
Dengan RAPBN antara yang ada, Lanjar menilai, peralihan presiden di Oktober besok diperkirakan terjadi lebih terukur. Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, dalam analisisnya mencatat, sejumlah bursa global mengalami penguatan di akhir perdagangan kemarin, Senin (19/8). Indeks di pasar saham AS menguat, seperti Dow Jones menguat 0,58 % ke 40.896,53 dan indeks S&P 500 naik 0,97 % ke 5.608,25. Indeks pasar modal Eropa juga mengalami tren kenaikan. Bursa CAC Perancis naik 0,70 % ke 7.502,01 dan DAX Jerman tumbuh 0,54 % ke 1.8421,69. ”Optimisme investor tinggi karena mereka mengantisipasi potensi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve dengan pidato kunci Kepala The Fed Jerome Powell di Simposium Jackson Hole,” ujarnya. (Yoga)
Sentimen Positif Perdagangan Saham Akibat Penurunan Suku Bunga
Saham beberapa sektor industri di pasar modal diyakini akan tumbuh positif di semester II-2024. Pelaku pasar percaya diri, sentimen penurunan suku bunga akan memperbaiki kinerja keuangan perusahaan tercatat di bursa. Senior Portofolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma dalam webinar, Rabu (14/8) membaca ada tiga sektor saham yang akan memiliki kinerja lebih positif di paruh kedua tahun ini dibanding sebelumnya. Sektor itu adalah telekomunikasi, keuangan, dan konsumer. Hal ini dimungkinkan jika prediksi penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, Federal Reserve, terjadi sesuai ekspektasi di September 2024.
Suku bunga acuan AS sejak Juli 2023 hingga Agustus 2024 bertengger di level 5,5 %. Kebijakan di AS akan menjadi katalis seiring tren normalisasi inflasi dan penurunan suku bunga di banyak negara pascapandemi. ”Sektor telekomunikasi cukup stabil secara pendapatan. Kalau suku bunga turun, saham-saham ini akan mengalami apresiasi. Kedua, sektor keuangan yang likuiditasnya akan terbantu penurunan suku bunga. Sektor konsumer juga karena perusahaan yang mengalami tekanan nilai tukar rupiah akan membaik,” katanya. Penurunan suku bunga AS menjadi salah satu faktor yang menguatkan nilai tukar rupiah terhadap USD.
Dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Rabu, rupiah menguat 2,6 % ke Rp 15.691 per USD dari Rp 16.100 pada pekan sebelumnya. Ekspektasi pelonggaran moneter AS juga membuat investor asing kembali ke Indonesia setelah melakukan penjualan 2 miliar USD di semester I-2024. Per Juli, investasi 400 juta USD telah kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Per 14 Agustus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melejit ke level 7.400, tertinggi selama tiga bulan terakhir. MAMI, kata Samuel, memproyeksikan IHSG akan tumbuh hingga 7.800 di akhir tahun. (Yoga)
Politik di Pasar Modal
Tahun politik masih berlangsung di Indonesia. Setelah pemilu berlalu, bursa kepala daerah di 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota mulai semarak jelang pengujung tahun. Calon peserta pilkada atau mulai menampakkan diri ke publik dari berbagai kalangan, tidak ketinggalan pelaku pasar modal. Ridwan Kamil, Politikus Partai Golkar, yang dijagokan bertarung di Pilkada Jakarta, tampil dalam acara apresiasi nasabah Sinarmas Sekuritas Services di Hotel Mulia, Jakarta, Jumat (9/8). Emil menjadi pembicara acara bincang-bincang bertema ”Indonesia Emas 2045” di tengah makan malam gala yang dihadiri investor ritel dan institusi, pemangku kebijakan di sektor keuangan, serta karyawan dan pejabat perusahaan Grup Sinarmas yang didirikan konglomerat Eka Tjipta Widjaja.
Berbicara sebagai Gubernur Jabar 2018-2023 bersama anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Gandi Sulistiyanto Soeherman, Emil menyampaikan pandangannya tentang Indonesia dua dekade ke depan. Ia mengemukakan strategi peningkatan SDM, pendewasaan berdemokrasi, adaptasi teknologi, hilirisasi, hingga isu keberlanjutan lingkungan. Yang menonjol dari kehadiran Emil di acara yang mendatangkan legenda film laga asal Hong Kong, Jackie Chan, itu adalah adanya suara kampanye. Dari Wantimpres hingga pembawa acara mendukung Emil yang telah ditetapkan Koalisi Indonesia Maju, koalisi pemenang Pilpres 2024, sebagai calon gubernur Jakarta. Agenda serupa pernah terjadi pada presiden terpilih Prabowo Subianto.
Dua minggu sebelum hari-H Pilpres 2004 pada 14 Februari, Prabowo hadir sebagai bintang tamu di acara Trimegah Sekuritas Indonesia, di Jakarta, Rabu (31/1). Prabowo menyampaikan gagasan ekonominya ke depan. Ia juga bercerita pengalaman gagalnya saat berinvestasi di pasar modal Eropa. Acara bertajuk Trimegah Political and Economic Outlook 2024 itu dihadiri lebih dari 1.500 nasabah dan relasi perusahaan. Hadir pula tokoh dan menteri pendukung Prabowo, seperti Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, eks Mendag M Lutfi, dan pengusaha nasional Garibaldi Thohir. Gaya kampanye politik lewat diskusi atau presentasi menyangkut isu ekonomi mampu menggaet investor pasar modal, yang jumlah entitas dan asetnya terus meningkat.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Juni2024 mencatat, jumlah investor pasar modal tembus 13 juta entitas, jauh berkembang dari tahun pemilu sebelumnya pada 2019, di 2,4 juta entitas dan tahun 2014, di 364.500 entitas Dari 13 juta investor sampai semester I-2024, 0,33 % adalah investor institusi, seperti perusahaan, manajemen reksa dana, dana pensiun, dan asuransi. Mereka menguasai kelolaan aset sa ham, obligasi, serta reksa dana terbesar hingga Rp 6.595,15 triliun, 99 % dari total investor pemilik single investor identification (SID) di pasar modal adalah investor individu Indonesia yang menguasai aset sejumlah Rp 1.200,49 triliun. Berdasar penghasilan, 16 % investor individu menguasai 68 % aset tersebut. Mereka adalah investor berpenghasilan Rp 100 juta hingga lebih dari Rp 500 juta. Masuknya agenda politik di panggung pasar modal bisa dijelaskan dengan realita bahwa pemilik kapital atau kekayaan banyak beraliansi dalam politik negara. (Yoga)
Tantangan untuk Meningkatkan Pasar Modal
Otoritas pasar modal Indonesia menghadapi tantangan besar untuk mencapai target jangka panjang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik saat ini maupun di masa mendatang, di bawah pemerintahan baru. Tantangan ini semakin berat dengan adanya perubahan lanskap investasi yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan domestik, serta geopolitik.
Salah satu target ambisius adalah kapitalisasi pasar yang diharapkan mencapai Rp15.000 triliun pada tahun 2027, sementara saat ini baru mencapai Rp12.302 triliun. Irvan Susandy, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, optimistis bahwa target yang lebih tinggi yaitu Rp22.000 triliun, seperti yang diinginkan oleh tim presiden terpilih Prabowo Subianto, dapat dicapai dengan memacu perusahaan besar untuk melakukan initial public offering (IPO).
Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menekankan bahwa pasar modal telah menjadi motor perekonomian nasional, dengan penghimpunan dana yang signifikan. Namun, pelaku pasar dan pengamat seperti Nafan Aji Gusta dan Budi Frensidy menekankan pentingnya perlindungan investor dan transparansi dalam perdagangan saham untuk mendukung pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan.
BEI Menempati Peringkat ke-7
Bursa Efek Indonesia Pasang Target Ambisius
Ambisi Presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka untuk mencapai nilai kapitalisasi pasar saham sebesar Rp 22.000 triliun di tahun 2027 disambut dengan keyakinan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Tapi nampaknya perlu kerja keras buat mencapai target itu.
Sebelumnya, Tim Ekonomi Prabowo-Gibran pernah mengungkapkan optimisme nya bisa mencapai target tersebut di tahun 2027. Angka ini sebenarnya melampaui target yang dicanangkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan peta jalan (
roadmap
), OJK hanya mematok kapitalisasi pasar BEI bisa mencapai Rp 15.000 triliun di tahun 2027.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan, pihaknya optimistis bisa mencapai target tersebut. Tapi, untuk mencapainya BEI membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.
"Kami perlu suplai yang besar, yaitu
initial public offering
(IPO). Kami perlu dukungan dari anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau perusahaan yang cukup besar," katanya setelah konferensi pers peringatan HUT Pasar Modal ke 47 Tahun, Senin (12/8).
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia, Irvan Susandy mengatakan, dalam
pipeline
, BEI sudah telah mengantongi dua rencana IPO dari perusahaan dengan aset berskala jumbo alias perusahaan mercusuar (
lighthouse company
).
Pengamat Pasar Modal Indonesia dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai, target Rp 22.000 triliun nampak terlalu besar untuk digapai. Kecuali, BEI bisa mendungang perusahaan asing untuk IPO.
IHSG Diproyeksikan Bertumbuh Sedang Pada Akhir 2024
Perdagangan pasar modal diwarnai banyak koreksi pada pertengahan tahun 2024. Sekuritas pun menargetkan pertumbuhan sedang atau moderat pada Indeks Harga Saham Gabungan di akhir tahun. Indeks bursa diharap tumbuh dengan dukungan sejumlah sentimen positif di dalam dan luar negeri. IHSG sepanjang tahun ini sampai Kamis (8/8) tumbuh negatif hampir 1 % dari level sekitar 7.300 menjadi sekitar 7.200. Volatilitas IHSG signifikan terjadi pada pertengahan Juni ketika menyentuh posisi 6.700-an.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dalam webinar Virtual Media Briefing-PIER Economic Review, Kamis (8/8) menjelaskan, pelemahan IHSG pada semester I-2024 hampir serentak terjadi pada kinerja beragam sektor saham. ”Kami mencatat bahwa kinerja sektoral saham teknologi masih turun 27 %, transportasi turun 15 %, sektor energi sendiri meningkat 15 %. Sementara perbankan masih dengan kinerja negatif 4 % karena dipengaruhi beberapa kinerja saham bank yang kinerja kreditnya terdampak, khususnya dari sektor UMKM,” katanya. Lemahnya kinerja saham perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia sejalan dengan besarnya modal asing yang keluar dari pasar modal.
Berdasar data year to date sampai 7 Agustus, arus masuk (inflow) bersih yang menggambarkan selisih dana masuk dan keluar dari investor asing sebesar 52 juta USD. Di pasar surat utang atau obligasi, arus modal keluar (outflow) bersih tercatat mencapai 1,6 miliar USD. Kabar baiknya, sejak awal triwulan III-2024 atau Juli, net inflow yang masuk ke pasar saham tercatat 479 juta USD. Sementara, di pasar obligasi, investor asing mulai menarik dananya pada awal Agustus ini karena ekspektasi penurunan suku bunga pada akhir kuartal ini. Sejak awal Juli, tercatat ada arus keluar bersih 259 juta USD. ”Ada inflow di Juli yang meningkat, diantaranya kembalinya inflow investor asing di pasar saham dan kurangnya kepemilikan dana asing di pasar obligasi,” ujar Josua. (Yoga)
Anjloknya Bursa Saham Internasional
Bursa sejumlah negara anjlok pada perdagangan Senin (5/8). Uang kripto pun tidak selamat dari guncangan global ini. Dampaknya, desakan penurunan suku bunga bank sentral semakin menggema. Harga bitcoin terkoreksi 15 % dan ethereum terpangkas 22 %. Mata uang kripto lain juga terpantau turun, seperti solana yang terpangkas 18 %. Sementara BNB turun 19 %. Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia ditutup turun 3,4 %. Nikkei Jepang anjlok 12,4 % karena kehilangan 4.451 poin. Terakhir kali kinerja Nikkei seburuk itu tercatat pada 19 Oktober 1987, yang dikenal sebagai ”Black Monday” dan bursa di sejumlah negara anjlok. Kini, bursa sejumlah negara terkoreksi habis-habisan.
Taiex Taiwan merosot 8,4 %, penurunan terburuk dalam 57 tahun terakhir. Sementara Kospi Korsel ditutup turun 8,8 %. Otoritas bursa Korsel dan Jepang memutuskan penundaan perdagangan akibat perkembangan perdagangan itu, untuk mencegah kepanikan berlanjut gara-gara indeks terus merosot. Bursa Hong Kong, Hang Seng, dan China, Shanghai Composite, lebih lega karena hanya turun masing-masing 2,3 % dan 1,3 %. Indeks Australia, S&P/ASX 200, kehilangan 3,7 %. Kondisi Eropa juga tidak baik. DAX Jerman, CAC Perancis, FTSE Inggris, dan IBEX Spanyol terkoreksi lebih dari 3 %. Europe 600, indeks bursa gabungan Eropa, terkoreksi 3,11 %. Indeks bursa berjangka AS pada Senin mencatat penurunan. DOW turun 800 poin atau 2 %. S&P 500 terpangkas 2,9 %.
Nasdaq anjlok 4,2 %. Dalam pembukaan perdagangan Senin, DOW langsung terpangkas 1.072 poin atau 2,7 %. Sementara S&P 500 terkoreksi 4,1 % dan Nasdaq merosot 6,3 %. Sementara itu, CBOE Volatility Index yang memantau tingkat gejolak bursa AS mencapai 55 poin. Terakhir kali indeks itu melewati 50 poin ter catat pada awal pandemi. Pialang dan investor cemas kenaikan bunga akan membuat yen menguat terhadap dollar dan mata uang lain. Penguatan yen mengurangi pendapatan eksportir, emiten utama Nikkei. Toyota dan Subaru merupakan raksasa otomotif sekaligus di Nikkei. Emiten otomotif mengandalkan hasil ekspor sebagai pendapatan mereka. Penguatan yen berarti pengurangan keuntungan eksportir. Jika kurs naik 1 yen, keuntungan terkoreksi sampai 10 miliar yen. (Yoga)
Tren Pertumbuhan Positif IHSG Belum Diiringi Kenaikan Kinerja Sektor Konsumen
Indeks Harga Saham Gabungan telah terpompa ke level 7.200-7.300 dalam sebulan terakhir dari level 6.700. Namun, pertumbuhan indeks belum diikuti perbaikan kinerja saham sektor konsumen. Per Senin (15/7) IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup pada level 7.278,863. Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, memprediksi, dengan kondisi pasar saat ini, IHSG akan menguji area psikologisnya di area 7.369-7.403 selama pecan ini. ”Jika data sepekan ke depan sesuai ekspektasi pasar, ada kemungkinan IHSG akan menembus area psikologis tersebut dan akan menguji level berikutnya di 7.454,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin. Tren dan prediksi pertumbuhan IHSG, menurut dia, ditopang sentimen kebijakan suku bunga, khususnya dari bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Berdasarkan CME FedWatch, yang mengukur tingkat kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed, 86,4 % responden optimistis The Fed mulai akan memangkas suku bunganya pada September 2024, meningkat dibanding beberapa hari sebelumnya yang hanya 70 %. Hal ini didasarkan pada inflasi tahunan AS yang turun ke level 3 % secara tahunan pada Juni 2024. Tingkat inflasi ini sudah turun tiga bulan berturut-turut dan terendah sejak Juli 2023. Dari sisi inflasi inti, yang tidak memperhitungkan variabel energi dan makanan, juga mengalami penurunan ke level 3,3 %, terendah selama tiga tahun terakhir.
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas, Abyan Yuntoharjo, dalam laporannya, sektor konsumen sebenarnya masih menghadapi banyak kendala. ”Perusahaan konsumen nonsiklikal (consumer non-cyclical/barang konsumen primer menghadapi lingkungan yang menantang dengan prospek pertumbuhan yang terbatas. Meskipun ada peristiwa besar, sebagian besar perusahaan di sektor ini berkinerja buruk,” kata Abyan. Sektor konsumen siklikal, yang menyangkut produk selain kebutuhan primer, juga masih mengalami perlambatan karena harga bahan baku yang tidak stabil dan rupiah yang melemah. (Yoga)
Pilihan Editor
-
Paradoks Ekonomi Biru
09 Aug 2022 -
ANCAMAN KRISIS : RI Pacu Diversifikasi Pangan
10 Aug 2022