;
Tags

Pasar Modal

( 326 )

Pasar Sedang tidak Prima, Meskipun Tahun Ini IHSG Berulang kali Menorehkan Rekor Nilai Tertinggi

KT1 15 Oct 2024 Tempo

KURANG dari tiga bulan sebelum 2024 berganti, masih ada 27 perusahaan yang antre mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) mereka di pasar modal dalam negeri. Jika 27 perusahaan tersebut berhasil melakukan IPO, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal melampaui target 62 emiten baru pada tahun ini. Hingga pekan kedua Oktober 2024, BEI mencatat 36 emiten anyar resmi melantai di bursa dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp 5,42 triliun. Namun, dengan sisa tiga bulan, sejumlah analis ragu target 62 perusahaan IPO pada tahun ini bisa tercapai. "Rasanya tidak mungkin tiap pekan 3-4 kali IPO," kata Investment Consultant PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada kepada Tempo, Senin, 14 Oktober 2024. Selain soal waktu, tantangan untuk mewujudkan target tersebut adalah minat investor. Di tengah kondisi pasar saat ini, Reza menilai pelaku pasar masih cenderung wait and see untuk membeli saham-saham baru. Sementara itu, para emiten melantai di bursa dengan tujuan menggalang dana.

Pasar saat ini sedang tidak dalam kondisi prima, meskipun tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan berulang kali menorehkan rekor nilai tertinggi. Reza mencatat kenaikan tersebut hanya ditopang oleh beberapa emiten. Selain itu, ada risiko ketidakpastian yang masih tinggi dari dalam dan luar negeri. Daftar penyebabnya panjang, dari konflik geopolitik yang memanas, tingginya suku bunga, pelemahan ekonomi di sejumlah negara, hingga deflasi lima bulan berturut-turut. Reza menilai target IPO tahun ini bisa tak tercapai setelah kasus suap di perusahaan tersebut mencuat. Lima karyawan BEI dipecat lantaran ketahuan meminta imbalan dan gratifikasi atas jasa pencatatan saham perdana. Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad menyatakan kelima karyawan tersebut melanggar etik karena menerima imbalan dan gratifikasi atas jasa mereka dalam penerimaan emiten agar sahamnya dapat tercatat di BEl. (Yetede)

Pasar Modal Sedang Lesu

KT1 15 Oct 2024 Tempo

DATA Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan penghimpunan dana di pasar modal lesu. Jumlah aksi ataupun dana terhimpun sampai September 2024 tercatat hanya 138, dengan akumulasi nilai Rp 137,05 triliun. Angka ini anjlok dibanding pada periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 169 aksi dengan akumulasi nilai menembus Rp 190,02 triliun. Pengimpunan dana di pasar modal hingga kuartal III 2024 terdiri atas 27 initial public offering (IPO), 11 penawaran umum terbatas (PUT), 5 efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), serta 95 Penawaran Umum Bersama (PUB) EBUS.

Sejumlah analis menganggap lesunya pengumpulan dana di bursa tidak terlepas dari kondisi perekonomian di dalam negeri. Ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2024 hanya tumbuh 5,05 persen. Nilainya melemah dibanding pada kuartal pertama yang sebesar 5,11 persen. Penurunan tersebut disebabkan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga. Padahal konsumsi rumah tangga berkontribusi 54,93 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,91 persen. Nilainya lebih rendah dibanding pada kuartal kedua 2023 yang sebesar 5,22 persen. Angka tersebut juga lebih kecil dibanding pada kuartal yang sama pada 2022 yang sebesar 5,52 persen. Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia M. Faiz Abrar berpandangan kondisi ekonomi saat inilah yang menjadi penghambat penghimpunan dana di pasar modal. Turunnya daya beli masyarakat juga mengurangi pendapatan perusahaan. "Akibatnya, perusahaan cenderung menahan diri untuk berekspansi, termasuk mengumpulkan dana dari pasar modal," katanya. (Yetede)

Pasar Modal Berhasil Menjadi favorit Perbankan

KT1 09 Oct 2024 Investor Daily (H)
Perbankan yang memiliki fundamental solid dengan laba besar dan valuasi murah, berhasil menjadi sektor favorit investor di pasar modal. Tak hanya menunjukkan kinerja yang impresif baik dari sisi bisnis maupun pergerakan sahamnya selama ini, prospek sektor perbankan ke depannya pun diyakini terus moncer. Salah satunya adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang merupakan wonderful company dengan pertumbuhan laba besar setiap tahunnya. “Saya akan pegang perbankan. Bidang usaha perbankan adalah yang terbaik karena labanya besar sekalipun valuasinya murah,” kata Lo Kheng Hong, Indonesia Value Investor saat menjadi pembicara dalam BNI Investor daily 2024 Special Session II dengan tema Indonesia Capital Market Outlook: Identifying New Investment Opportunities & Startegi di JCC, Jakarta. Lo Kheng Hong menambahkan, perbankan besar yang terdaftar di BEI merupakan wonderful company yang membukukan laba besar dan selalu naik. (Yetede

Grup Astra Mengguyur Pasar Modal Senilai Rp 6,82 Triliun

KT1 08 Oct 2024 Investor Daily (H)

Grup Astra akan mengguyur pasar modal Indonesia dengan dana besar senilai Rp6,82 triliun dalam bentuk dividen interim tahun buku 2024. Salah satu konglomerasi bisnis terbesar di Tanah Air ini, akan membagikan  dividen melalui empat emitennya, yakni PT Astra Internasional Tbk (ASII) PT Nited Tractors Tbk (UNTR), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). Pembagian dividen tersebut  tidak hanya akan membuat tersenyum para pemegang saham, tetapi juga bakal melesatkan saham-sahamnya. Astra internasional yang menahkodai Grup Astra, berada di urutan terdepan dengan pembagian dividen interim tahun buku 2024 sebesar Rp3,96 triliun atau Rp98 per saham.  Disusul Astra Agro Lestari dengan pembagian dividen interim Rp161,67 triliun atau Rp84 per saham, serta Astra Autoparts dengan dividen interim Rp274,72 miliar atau Rp 57 per saham.  Senior Investment Information Mirea Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta melihat, emiten-emiten Grup Astra memiliki komitmen tinggi terhadap tata kelola modal yang baik, dan tetap menjaga kepercayaan investor melalui aksi korporasi seperti pembagian dividen selain itu, mereka juga terus berupaya meningkatkan performa fundamental secara optimal. (Yetede

Peluang IPO BUMN Semakin Terbuka Lebar

HR1 30 Sep 2024 Bisnis Indonesia

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan bahwa tidak ada perusahaan BUMN yang akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) di pasar modal tahun ini. Namun, peluang IPO terbuka pada tahun depan di bawah pemerintahan baru. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menjelaskan bahwa tahun ini minim perusahaan baru yang melantai di bursa karena banyak perusahaan yang bersikap "wait and see" terhadap situasi politik. Salah satu BUMN yang dirumorkan akan segera melakukan IPO adalah holding pertambangan Mind ID. Martha Christina, Head of Investment Information di Mirae Asset Sekuritas Indonesia, juga mengonfirmasi bahwa pasar masih menunggu untuk melihat peluang IPO, dan kemungkinan besar akan lebih pasti tahun depan.

Emiten Ramai-Ramai Tarik Kredit untuk Pertumbuhan

HR1 24 Sep 2024 Kontan

Sejumlah emiten di pasar modal mulai melirik pendanaan perbankan untuk ekspansi bisnis, membiayai modal kerja dan memperkuat struktur permodalannya. Emiten milik taipan Prajogo Pangestu terbilang paling aktif mendulang pinjaman bank. Terbaru, ada PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), yang menandatangani perjanjian fasilitas kredit dari Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada 13 September 2024. CUAN mendapatkan fasilitas kredit berjangka dengan nilai maksimal Rp 700 miliar. "Seluruh pinjaman untuk membiayai gap cashflow," ungkap Robertus Maylando Siahaya, Sekretaris Perusahaan CUAN di keterbukaan informasi, Rabu (18/9). Senior Vice President & Head of Retail Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan mengamati, banyaknya emiten meraih pendanaan perbankan menunjukkan kepercayaan lembaga keuangan terhadap prospek bisnis emiten di masa depan. Di sisi lain, Analis Stocknow.id Muhammad Thoriq Fadilla menambahkan, penurunan suku bunga jadi insentif bagi korporasi untuk mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan dengan biaya lebih murah. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus bilang, pinjaman bank memberikan fleksibilitas lebih tinggi daripada penerbitan obligasi.

OJK Siapkan Regulasi Baru untuk Serapan Dana IPO

HR1 12 Sep 2024 Kontan

Penggunaan dana hasil penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) menjadi perhatian publik. Ini buntut dari sorotan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap realisasi dana IPO PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan pihaknya telah mengirimkan beberapa kali surat kepada BUKA, mengingatkan agar dana hasil IPO segera digunakan. "Bukalapak menyampaikan seluruh dana akan direalisasikan sesuai rencana prospektus, selambatnya 31 Desember 2025," katanya, belum lama ini. Pasalnya, sampai 30 Juni 2024 BUKA masih menyisakan dana IPO jumbo sebesar Rp 9,82 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 900 miliar ditempatkan pada deposito dan giro, serta Rp 8,9 triliun pada obligasi pemerintah. Sisa dana IPO jumbo juga dicatat PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Hingga akhir Juni 2024, GOTO masih memiliki sisa dana hasil IPO Rp 2,81 triliun. Artinya, dari dana emisi IPO 13,57 triliun, GOTO baru merealisasikan dana IPO Rp 10,76 triliun. 

Emiten lain yang juga tercatat masih menyisakan dana IPO di atas Rp 1 triliun adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL). Pengamat Pasar Modal & Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai, perlu regulasi tegas serta penyaringan lebih ketat sejak IPO. Prospektus mesti lebih rinci menjelaskan peruntukan rencana penggunaan dana IPO. Tidak cukup hanya dengan keterangan untuk modal kerja. Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengingatkan, realiasasi penggunaan dana oleh emiten akan mempengaruhi kepercayaan dan minat investor terhadap sahamnya. "Bila memang emiten dipercaya, harga saham akan naik. Sebaliknya bila perubahan penggunaan dana IPO tidak sesuai, harga cenderung turun," katanya. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengamini, rencana penggunaan dana menjadi salah satu faktor daya tarik investor membeli saham IPO. Penggunaan dana juga terkait prospek kinerja emiten ke depan.

Menyusutnya Calon Emiten di Bursa Efek Indonesia

KT3 10 Sep 2024 Kompas

Jumlah calon emiten atau perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia menyusut pada 2024 dibanding tahun 2023. Per 6 September 2024, sebanyak 34 emiten baru mewarnai pasar modal Indonesia dengan total dana dihimpun Rp 5,15 triliun. Hingga akhir tahun, 23 entitas usaha siap menambah daftar emiten baru. Calon perusahaan yang mengantre untuk mengajukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) itu berkurang dari data di awal Agustus. Sebelumnya, BEI mencatat akan ada 28 perusahaan yang menunggu proses IPO. Jika capaian IPO dan rencana pencatatan emiten baru tahun ini ditotalkan, jumlahnya menyusut 62 % dibanding total IPO tahun 2023 sebanyak 79 emiten.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyatakan, sejumlah calon emiten memang mundur, di antaranya, karena keputusan internal perusahaan dan hasil evaluasi bursa yang belum memberikan persetujuan. ”Semua proses evaluasi dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku,” katanya dalam keterangan kepada wartawan pekan lalu. Tren penurunan itu juga dibaca perusahaan jasa audit, Deloitte. Pemimpin Akuntan & Pelaporan Deloitte Asia Tenggara Tay Hwee Ling dalam laporannya mencatat, bukan hanya dari segi jumlah, nilai dana yang dihimpun dan kapitalisasi emiten baru juga merosot tajam. Mengacu data paruh pertama 2024, sebanyak 25 emiten baru hanya menghimpun dana 248 juta USD dan kapitalisasi pasar IPO 1,225 miliar USD. Jumlah emiten yang IPO turun 43 %. Demikian juga jumlah penghimpunan dana yang merosot 89 % dibanding semester I-2023. (Yoga)


Bursa Terhuyung oleh Dugaan Skandal IPO

HR1 28 Aug 2024 Kontan (H)

Dunia pasar modal Indonesia kembali geger. Secarik kertas tanpa identitas nama pengirim diterima sejumlah awak media, Senin (26/8). Isinya cukup mengejutkan: lima orang karyawan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dipecat pada periode Juli-Agustus 2024. Pemecatan itu diduga buntut dari pelanggaran yang dilakukan lima orang oknum karyawan BEI terkait permintaan imbalan dan gratifikasi jasa agar saham emiten bisa tercatat di BEI. Kelima oknum BEI itu diduga membentuk sebuah perusahaan jasa penasihat, yang dijadikan tempat penampungan dana gratifikasi sebesar Rp 20 miliar. Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Kautsar Primadi Nurahmad mengakui, telah terjadi pelanggaran etika yang melibatkan oknum karyawan BEI. Namun, I Gede Nyoman Yetna, 

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia enggan merinci soal alasan pemecatan oknum karyawan BEI yang telah melanggar etika tersebut. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif & Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, membenarkan, ke lima karyawan BEI yang diduga melanggar kode etik sudah dipecat. Dugaan suap karyawan BEI menambah daftar kasus kelam di pasar modal Indonesia. Memprihatinkan, ini terjadi ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berulang kali mencetak rekor barunya sepanjang masa atau all time high (ATH). Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai, kasus gratifikasi IPO bermasalah bisa menyebabkan minat investasi di pasar modal semakin merosot. Sepanjang tahun berjalan ini, emiten-emiten yang menggelar IPO juga hanya mencari dana 'recehan'. Di sepanjang Juli lalu, misalnya, bursa saham Indonesia dibanjiri emiten-emiten berskala kecil yang mencari pendanaan lewat IPO di bawah Rp 100 miliar. Pengamat pasar modal dan mantan Direktur Utama BEI Hasan Zein Mahmud menyatakan, BEI perlu menjalankan transparansi dalam memilih calon emiten baru.

RI Kebanjiran Capital Inflow

KT1 24 Aug 2024 Investor Daily (H)
Aliran modal asing masuk (capital inflow) ke pasar keuangan dalam negeri berdasarkan data transaksi 19-22 Agustus 2024 sebesar Rp15,91 triliun, mayoritas masukan ke instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Adapun Bank Indonesia (BI) menilai ketidakpastian pasar keuangan global mulai mereda dengan risiko yang masih tetap harus diwaspadai ke depan. Data Bank Indonesia pada Jumat (23/8/2024) menunjukkan, capital inflow sebesar Rp 15,91 triliun tersebut terdiri atas beli neto sebesar Rp11,45 triliun di pasar SBN, di pasar saham Rp4,13 triliun, dan di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp0,33 triliun. Adapun selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 22 Agustus 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp185,29 triliun di SRBI, Rp6,40 trliun di pasar SBN. Berdasarkan data setelmen sampai dengan 22 Agustus 2024  pada semester II 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp54,94 triliun di SRBI, Rp 40,35 triliun di pasar SBN, dan Rp6,06 triliun di pasar saham. (Yetede)