Pasar Modal
( 326 )Pencatatan saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk di Bursa Efek Indonesia resmi dikukuhkan
Pencatatan saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk di Bursa Efek Indonesia dikukuhkan hari Kamis (5/12). Saham induk perusahaan yang fokus di bidang tambang batubara ini merupakan hasil spin-off atau pemisahan usaha dengan PT Adaro Energy Indonesia Tbk, yang telah berubah nama menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. Perusahaan yang berkode AADI ini menjadi perusahaan ke-40 dan segelintir dari perusahaan mercusuar atau beraset besar yang melaksanakan initial public offering (IPO) di BEI sepanjang 2024. Total terdapat tiga perusahaan Adaro yang menjadi perusahaan terbuka, yakni AADI, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna dalam sambutannya mengingatkan agar manajemen kepemimpinan di perseroan memiliki visi yang jelas agar dapat menavigasi lanskap perkembangan bisnis yang terus berkembang. Di antaranya dengan cara mengedepankan keberlanjutan secara jangka panjang.
”Perseroan juga perlu memberi kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkontribusi balik ke peningkatan kinerja perseroan. Kemudian, mengedepankan transparansi dan akuntabilitas. Kami menekankan agar tata kelola yang baik jadi fondasi tumbuhnya kepercayaan bagi investor kita,” tutur Nyoman dalam acara yang berlangsung secara hibrida. Dirut Adaro Andalan Indonesia Julius Aslan menyampaikan, Adaro Andalan menjadi perusahaan induk atau perusahaan holding yang memiliki fokus utama pada bisnis pertambangan batubara termal dan ekosistem penunjangnya. Ia tidak memungkiri bisnis ini sangat dinamis karena banyak dipengaruhi perdagangan komoditas dan tren pertumbuhan ekonomi global. Julius menyebut, harga batubara akan naik sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Contoh, dalam lima tahun terakhir, harga acuan batubara dunia di Global Coal Newcastle Index pernah mencapai rekor di atas 400 USD per ton pada 2022. (Yoga)
BEI Permudah Investor dengan Penurunan Nilai NAB ETF
Incar Dana di Detik-detik Akhir Tahun
Optimisme Pasar Saham Lokal Menguat
Pasar saham Indonesia, khususnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), berhasil melewati dua momentum besar dalam waktu 30 hari terakhir, yang masing-masing berhubungan dengan transisi pemerintahan dan perkembangan politik global.
Momentum pertama adalah transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024, yang berjalan lancar tanpa banyak menggoyahkan pasar saham. Pembentukan Kabinet Merah Putih oleh Presiden Prabowo, yang sebagian besar mempertahankan struktur perekonomian yang ada, dilihat oleh pelaku pasar sebagai kebijakan yang ramah terhadap pasar (friendly market). Hal ini tercermin dari kenaikan IHSG sebesar 3,47% pada 22 Oktober 2024. Meskipun setelah itu terjadi aksi ambil untung, pasar tetap mencatatkan tren positif.
Momentum kedua terjadi setelah kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 5 November 2024, yang memberikan dorongan sementara terhadap IHSG, meskipun hanya terungkit tipis sebesar 0,17%. Kemenangan Trump juga memengaruhi sentimen pasar, mengingat pengalaman sebelumnya yang menunjukkan kebijakan luar negeri Trump yang cenderung menghadirkan ketegangan perdagangan, terutama dengan China. Namun, langkah-langkah bank sentral global, seperti penurunan suku bunga oleh The Fed, dan keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6%, turut mendukung optimisme pasar.
Selain faktor eksternal, sektor korporasi Indonesia juga menunjukkan kinerja positif, terutama di sektor perbankan besar, sementara pemain baru seperti anak usaha PT Adaro Energy yang akan melakukan IPO semakin memperkuat keyakinan pelaku pasar terhadap prospek pasar saham domestik.
Namun, meskipun ada optimisme, pelaku pasar diingatkan untuk berhati-hati terhadap potensi ketegangan global yang bisa mempengaruhi arah ekonomi domestik. Proyeksi untuk IHSG hingga akhir tahun 2024 masih berada di kisaran 7.900-8.000, dengan peluang untuk mencapainya dalam sisa waktu 1,5 bulan terakhir.
Sentimen Negatif IHSG atas Kemenangan Trump
Kemenangan Partai Republik di AS dalam Pilpres 2024 menjadi sentiment negatif pasar keuangan di dalam negeri. IHSG terjerembap karena persepsi pasar akan kebijakan calon presiden yang unggul dalam penghitungan tak resmi, Donald Trump, yang dapat merugikan Indonesia nanti. Trump telah mengklaim kemenangannya atas Capres dari Partai Demokrat, Kamala Harris, pada Pilpres, Selasa (5/11). Kabar itu membuat pasar keuangan Indonesia bergejolak hingga Kamis (7/11). IHSG dibuka di posisi 7.383 setelah pada Rabu (6/11) rontok 1,4 % dalam satu hari perdagangan, kemudian melanjutkan penurunan, dan ditutup di 7.243,86. Posisi ini membuat pertumbuhan IHSG sejak awal 2024 nyaris 0 %. Mengutip situs RTI Business, koreksi sehari lalu dipicu larinya modal asing dengan nilai jual bersih Rp 1,15 triliun.
Eastspring Investments Indonesia, perusahaan manager investasi, menganalisis, pasar finansial Indonesia tidak luput dari sentimen negatif terpilihnya Trump, yang dinilai berpotensi menyebabkan kenaikan imbal hasil surat utang AS atau US Treasury dan nilai mata uang USD. Di tengah sentimen ini, pasar saham berjangka AS telah menguat, demikian dengan imbal hasil US Treasury melonjak 16 basis poin menjadi 4,41 % dan indeks USD naik lebih dari 2 % atau mengalami kenaikan harian tertinggi sejak Maret 2020. Kemenangan Trump dinilai berpotensi menyebabkan kenaikan imbal hasil US Treasury dan USD lebih lanjut akibat beberapa pendekatan kebijakan yang diantisipasi, seperti pemangkasan pajak, peningkatan belanja pemerintah, serta tarif dan kebijakan perdagangan.
Namun, menurut Eastspring, perekonomian Indonesia yang berorientasi pada konsumsi domestik akan lebih terlindungi dari dampak negatif tersebut. Tameng lainnya adalah rasio ekspor terhadap PDB Indonesia merupakan salah satu yang terendah di kawasan Asia. Membaiknya stabilitas eksternal selama beberapa tahun terakhir, yang terlihat dari penurunan defisit transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, dan terkendalinya tingkat utang, membuat Indonesia lebih siap menghadapi potensi guncangan pasar global. ”Dalam jangka panjang, fundamental akan menjadi pendorong utama kinerja pasar finansial. Kami yakin bahwa outlook perekonomian Indonesia akan tetap positif,” ujar tim analis Eastspring. (Yoga)
Bayangan Trump di Pasar Modal
Kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 memicu kekhawatiran di banyak negara, termasuk Indonesia, terkait dengan potensi kebijakan ekonomi yang lebih agresif, khususnya dalam hal tarif impor. Trump telah mengisyaratkan untuk menerapkan tarif universal 10% terhadap seluruh barang impor, dengan tarif 60% khusus untuk barang dari China. Kebijakan ini dapat memicu perang dagang lebih lanjut, terutama antara AS dan China, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global, termasuk ekonomi Indonesia yang bergantung pada kedua negara tersebut sebagai mitra dagang utama.
Jika kebijakan ini benar-benar dijalankan, dampak langsung bagi Indonesia dapat terlihat dalam perlambatan ekspor, terutama ke China dan AS, yang akan menyulitkan sektor manufaktur domestik. Selain itu, tarif yang lebih tinggi akan mengarah pada inflasi global, yang berisiko meningkatkan suku bunga di banyak negara, termasuk Indonesia. Suku bunga yang tinggi berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah melambat, tercermin dari angka pertumbuhan PDB yang hanya mencapai 4,95% pada kuartal III/2024.
Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah antisipatif jangka panjang, terutama dalam kebijakan ekspor. Perluasan kemitraan dagang dengan negara-negara non-tradisional dapat menjadi strategi penting untuk mengurangi ketergantungan pada mitra dagang utama yang terpengaruh kebijakan Trump. Selain itu, Indonesia juga perlu meningkatkan daya saing untuk menarik lebih banyak investasi asing langsung, meskipun dengan kebijakan proteksionisme Trump, investasi dari AS kemungkinan akan terbatas.
Secara keseluruhan, Indonesia harus menavigasi ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik dengan langkah-langkah strategis, seperti diversifikasi mitra dagang dan meningkatkan daya tarik investasi, agar tetap menjaga stabilitas ekonomi dan pertumbuhan di tengah situasi yang penuh tantangan.
Tambang Mineral: Suntikan Investasi dari Bear Right Capital
Perkembangan terkini Asiamet Resources Limited terkait proyek tambang tembaga Beruang Kanan. Dalam pengumuman terbaru, CEO Darryn McClelland mengungkapkan bahwa perusahaan berhasil mengumpulkan dana sebesar US$3,55 juta, termasuk private placement dari DOID senilai US$3 juta. Dengan dukungan pemegang saham dan manajemen, Asiamet berada dalam posisi yang kuat untuk menyelesaikan optimalisasi proyek dan mempersiapkan pembiayaan lebih lanjut.
Rencana Asiamet untuk menyelesaikan optimalisasi pada kuartal IV 2024 dan memulai diskusi pembiayaan utang pada kuartal I 2025 menunjukkan langkah strategis perusahaan untuk memenuhi target produksi tembaga pertama pada tahun 2027. Peningkatan permintaan tembaga, terutama untuk industri energi terbarukan, membuat proyek ini sangat relevan.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menekankan pentingnya tambang baru dalam mendukung hilirisasi dan penciptaan nilai tambah, terutama dalam produksi kabel listrik. Namun, tantangan terkait pembangunan smelter dan kebutuhan energi rendah karbon perlu diperhatikan. Yayan Satyakti dari Unpad menambahkan bahwa penerapan praktik pertambangan yang baik dan kolaborasi dalam penggunaan smelter juga krusial untuk keberlanjutan dan keselamatan operasional.
Secara keseluruhan, keberadaan tambang baru di Indonesia tidak hanya berpotensi meningkatkan cadangan mineral, tetapi juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal melalui penciptaan lapangan kerja, asalkan diimbangi dengan kesiapan tenaga kerja dan penerapan praktik pertambangan yang berkelanjutan.
Nilai Transaksi Harian BEI pada 2025 ditargetkan Rp 13,5 Triliun
BEI secara umum menyusun 31 rencana kerja ditahun depan yang bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan meningkatkan pelindungan investor, penyediaan layanan data yang sesuai kebutuhan pelanggan, serta penyempurnaan teknologi dalam sistem. ”Hal ini tentu saja memperhatikan perkembangan kondisi pasar dan berkoordinasi dengan OJK serta SRO terkait penyediaan perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien,” kata Iman. Untuk mewujudkan ini, Iman melanjutkan, pihaknya akan selalu mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi rutin melalui jaringan distribusi BEI, termasuk media sosial dan untuk menarik investor, terutama investor ritel. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna pada kesempatan sama menyampaikan, sampai triwulan ketiga 2024, asumsi yang mereka buat untuk tahun ini banyak yang terlampaui meski banyak diterpa isu perlambatan ekonomi global dan dalam negeri, serta politik di tahun pemilu Indonesia. (Yoga)
Pasar Modal Menunjukkan Tren Positif
Meskipun di tengah tekanan melemahnya perekonomian global dan domestik, kinerja pasar modal Indonesia hingga bulan ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Nilai kapitalisasi bursa mencapai Rp12.967 triliun, tumbuh 11% dibandingkan akhir 2023. Transaksi harian juga meningkat, dengan rata-rata diperkirakan mencapai Rp12,25 triliun, lebih tinggi dari tahun lalu.
Namun, fluktuasi indeks akibat faktor eksternal dan internal, termasuk konflik di Timur Tengah dan perlambatan ekonomi China, telah mempengaruhi perekonomian nasional. Daya beli masyarakat, terutama segmen menengah ke bawah, melemah dan banyak pabrikan menunda ekspansi. Meski demikian, keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga memberikan dampak positif, membuat indeks harga saham gabungan mencapai rekor tertinggi di 7.905,30 pada 19 September 2024.
Menteri Keuangan, yang belum disebutkan namanya dalam artikel, memberikan keyakinan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh lembaga internasional mencapai 5% tahun ini, dengan sedikit peningkatan di tahun depan. Otoritas bursa memperkirakan pertumbuhan pasar modal yang lebih besar pada 2025, dengan target jumlah investor baru dan perusahaan yang melakukan IPO meningkat.
Namun, perlu diingat bahwa penciptaan pasar modal yang sehat dengan fundamental kuat sangat penting, dan perlindungan terhadap investor harus terus diperkuat. Ke depan, pemerintah baru harus menyiapkan strategi untuk menghadapi tantangan yang ada, dengan harapan pasar modal terus bertumbuh dan lebih atraktif.
Faktor Pendorong Optimisme Pasar
Pelantikan kabinet baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mendapat respons positif dari pelaku pasar. Kehadiran menteri berpengalaman dari pemerintahan sebelumnya meningkatkan optimisme, yang terlihat dari penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 0,16% dan indeks obligasi komposit Indonesia (ICBI) sebesar 0,07%. Analis memperkirakan tren penguatan ini akan berlanjut, terutama dengan adanya program prioritas yang akan dijalankan di tahun pertama pemerintahan, dengan fokus pada sektor kesehatan dan pendidikan. Meskipun ada potensi beban anggaran akibat komposisi kabinet yang besar, banyak pihak berharap bahwa langkah-langkah ini dapat mendongkrak kinerja ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan.
Pilihan Editor
-
Digitalisasi Keuangan Daerah
26 Jul 2022 -
Paradoks Ekonomi Biru
09 Aug 2022