;
Tags

Ekspor

( 1052 )

Ekspor Amplang Kaubun, Kaltim Incar Pasar Taiwan

Ayutyas 02 Feb 2021 Bisnis Indonesia

Provinsi Kalimantan Timur akan melakukan ekspor perdana Amplang Kaubun ke Taiwan. Sebelumnya daerah tersebut juga berhasil mengekspor jelantah dan lidi nipah ke sejumlah negara Eropa dan India. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Kaltim HM Yadi Robyan Noor menyatakan Pemprov Kaltim akan terus melakukan pendampingan terhadap pelaku usaha agar bisa meningkatkan ekspor.

Gubernur Kaltim Isran Noor sebelumnya melakukan kunjungan ke UMKM Center Kaubun sepulang dari kunjungan kerjanya ke sejumlah kampung di Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau menggunakan jalur darat. Isran menyatakan pujian terhadap sinergi yang terjalin sangat baik antara pemerintah setempat, perusahaan dan masyarakat dalam pengembangan UMKM. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Disperindagkop UKM Kaltim, saat ini terdapat 307.343 UKM dengan 1,5 juta jiwa yang terlibat. Di mana, sebanyak 15 UKM berhasil melakukan ekspor selama 2020 dengan total senilai US$420 miliar

Bupati Deliserdanga Lepas Ekspor Perdana Keripik Singkong ke Korsel

Sajili 29 Jan 2021 Sinar Indonesia Baru

Bupati Deliserdang H Ashari Tambunan melepas ekspor perdana keripik singkong ke negara Korea Selatan (Korsel) dari Pusat Pengembangan Produk Unggulan Daerah (P3UD), Tanjungmorawa, Kamis (28/1/2021).

“Bapak Mahmudi ini sudah lama melakukan ekspor keripik namun masih menggunakan perusahaan orang lain. Tapi kali ini bapak itu sudah memiliki PT Kreasi Lutvi Sejahtera untuk ekspor ke luar negeri dan luar Sumatera Utara berkat bantuan Disperindag Deliserdang dan Sumut serta bantuan bea cukai dan lain-lain,” kata Ashari.

Dijelaskan, Mahmudi diundang ke istana oleh Presiden RI Joko Widodo karena produk unggulan Deliserdang yaitu keripik singkong. Untuk itu ia berharap agar ada lagi Mahmudi yang lain agar dapat diundang ke istana dalam memajukan pelaku UMKM dan IKM serta industri rumah tangga.


Komoditas Perkebunan, Ekspor Kopi Masih Bertaji

Ayutyas 28 Jan 2021 Bisnis Indonesia

Kebutuhan kopi di dunia ternyata tetap tinggi kendati ada pandemi Covid-19. Oleh karena itu, sejumlah provinsi seperti Bali dan Jawa Timur tetap mencoba peruntungan dari komoditas perkebunan yang bernilai tinggi tersebut. Komang Sukarsana, pemilik Bali Arabika Roastery, tidak kehabisan cara untuk mempertahankan usaha di tengah pandemi Covid-19. Pengusaha kopi asal Pulau Dewata itu memilih mengubah segmen pasar setelah pola konsumsi konsumen bergeser akibat pandemi. Awalnya, Komang hanya menjual kopi spesialti dengan harga Rp80.000 per kilogram (kg). Kini, dia memilih untuk memasarkan komersial grade atau kopi kelas dua dengan harga Rp30.000 per kg setelah pandemi menyebabkan penurunan daya beli masyarakat terhadap kopi kelas satu.

Dari segi pemasaran seperti hotel, restoran, dan kafe sangat terdampak pandemi Covid-19. Namun, dia menyatakan untuk roastery lain yang menjadi mitranya di luar Bali seperti Jakarta masih tetap eksis. Bahkan, dia mencatat penyerapan produk kopi miliknya pada 2020 mencapai 39 ton atau meningkat 30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya secara year on year (yoy). 

Pada sisi lain, dia meyakini bertahannya usaha itu karena dalam kondisi apapun budaya mengkonsumsi kopi tidak dapat digantikan oleh jenis minuman lainnya. “Mungkin memang ada penurunan sedikit dari segi omzet karena tidak 100% specialty, tapi ini sudah cukup mengingat masih dalam situasi pandemi,” tambahnya. Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Lanang Aryawan mengatakan komoditas kopi memiliki potensi yang tinggi untuk terus dikembangkan. Saat ini, lahan budi daya kopi di Bali mencapai 35.000 hektare (ha)37.000 ha. 

Perinciannya, untuk luas kopi arabika yakni 13.000 ha14.000 ha dan kopi robusta mendominasi sekitar 23.000 ha-24.000 ha. Sementara itu, lanjutnya, pada musim panen raya, setiap hari kopi beras atau biji kopi kering dapat diperoleh hingga 15.000 ton. “Kopi memang menjadi komoditas andalan Bali,” kata Lanang. 

Ichwan mengatakan melihat tren ekspor per kuartal pada tahun lalu juga menunjukan dampak dari pandemi. Pada kuartal I/2020, volume ekspor kopi Jatim mampu tumbuh 6% (yoy), pada kuartal II/2020 mampu tumbuh 1%, kemudian pada kuartal III mulai turun 14%, dan pada kuartal terakhir anjlok 16%. Adapun, realisasi ekspor kopi asal Jatim pada 2020 tercatat hanya mencapai 64.621 ton atau turun 8% dibandingkan dengan realisasi ekspor pada 2019 yakni mencapai 70.238 ton. Pada tahun lalu, dia menyatakan ekspor kopi menyasar 16 negara tujuan, dengan sebanyak lima negara di antaranya merupakan negara tujuan ekspor nontradisional yang relatif baru bagi eksportir Jatim. Untuk negara tujuan ekspor yang selama ini sudah menjadi langganan kopi dari Jatim di antaranya Mesir, Italia, Malaysia, Jepang, Inggris, Taiwan, Belgia, Amerika Serikat, Thailand, Maroko dan Timor Leste.

(Oleh - HR1)

RI-Jepang Tingkatkan Kerja Sama

Sajili 28 Jan 2021 Kompas

Nilai ekspor produk perikanan RI ke Jepang pada Januari-November 2020 sebesar 528 juta dollar AS. Produk yang paling banyak diekspor adalah udang dan ikan tuna.

“Namun, di kawasan Asia Tenggara, Indonesia ternyata bukan eksportir produk perikanan terbesar ke Jepang karena masih kalah dari Thailand. Oleh karena itu, kerja sama RI-Jepang di sektor perikanan harus terus ditingkatkan,” kata Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, Rabu (27/1/2021).


Ekspor Udang Bakal Melejit?

Ayutyas 27 Jan 2021 Bisnis Indonesia

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi hasil perikanan Indonesia tidak kurang dari 65 juta ton per tahun. Namun, Indonesia belum juga berjaya dalam perdagangan hasil perikanan. Ekspor pada 2018 baru mencapai US$4,49 miliar yang menempatkan Indonesia di posisi ke-15 di bawah Thailand (3) dan Vietnam (4). Udang masih menjadi primadona. Pada 2019 nilai ekspornya US$1,72 miliar, diikuti tuna-cakalang US$0,75 miliar. Selanjutnya, cumi-sotong-gurita, rajungan-kepiting dan rumput laut berturut-turut US$556,3 juta, US$393,5 juta, dan US$324,9 juta. Untuk mengejar ketertinggalan sekaligus mengincar lima besar dunia, pemerintah tergiur jalur cepat dengan mencanangkan program menaikan ekspor udang hingga 250 persen pada 2024.

Sayangnya, sejak dicanangkan 2019 peta jalan dan rencana detail program masih dalam kajian, tidak mudah menentukan strategi dan perencanaan. Ketika data, jumlah, luas, sistem budidaya, produktivitas, dan sebaran tambak tidak tersedia. Pada 2019, ekspor udang Indonesia mencapai 207.000 ton dimana lebih dari 80 persen hasil budidaya di tambak. Umumnya, udang diekspor dalam bentuk beku atau frozen peeled dan shell-on dengan rendemen rata-rata 65 persen. Konsumsi domestik tidak lebih dari 0,2—0,5 kg per kapita, sehingga produksi diperkirakan tidak lebih dari 450.000 ton. Menariknya, di masa pandemi Covid-19 tren permintaan produk olahan meningkat.

Diperkirakan volume ekspor produk ready to cook dan ready to eat tahun lalu naik 40 persen. Ini kesempatan mendorong produk bernilai tambah (value added) untuk menggenjot nilai ekspor. Tahun lalu, harga rata-rata produk naik 3 persen dan bila kenaikan konsisten hingga 4 tahun ke depan. Target peningkatan ekspor 250 persen cukup dengan ekspor 425.000 ton. Dari data kami pada 2018, beroperasi sekitar 8.500 hektare (ha) dan 26.000 ha tambak intensif dan semi intensif dengan luas efektif masing-masing sekitar 6.100 ha dan 15.700 ha. Produktivitas rata-rata masih tergolong rendah, masing-masing hanya sekitar 30 ton dan 7 ton/ha/tahun.

Selain itu, ada sekitar 300.000 ha tambak tradisional tersebar di berbagai pelosok Tanah Air. Karena kerusakan lingkungan dan memburuknya kualitas perairan, produktifitas kini hanya sekitar 300—400 kg/ha/tahun. Pemerintah harus segera mempermudah dan menyerderhanakan perizinan. Kedua, membangun infrastruktur di kawasan tambak. Instalasi pengolahan air limbah kolektif dikelola bersama demi menjamin budidaya berkelanjutan.

Ketiga, introduksi teknologi tepat guna ramah lingkungan. Pilot project diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tambak tradisional. Paling tidak sekitar 300.000 ha tambak tradisonal harus naik kelas menjadi tambak tradisional plus dengan produktivitas minimal 0,8-1,0 ton/ha/tahun. Keempat, menjamin ketersediaan induk unggul. Dalam satu uji coba organoleptik di Jepang, udang jerbung (Penaeus merguiensis) ternyata lebih disukai dibandingkan dengan udang windu dan vaname.

Kelima, membuat regulasi, menjaga kelestarian lingkungan, keamanan pangan dan keberlanjutan usaha. Sertifikasi tambak harus didorong dan dipermudah untuk menjamin persyaratan traceability yang diminta pembeli. Keenam, meningkatkan promosi dan branding. Ketujuh, menurunkan tingkat resiko usaha. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan memberi kemudahan agar aset tambak bisa dijadikan agunan.

(Oleh - HR1)

Malaysia Masih Kuasai Impor Kalsel

Sajili 27 Jan 2021 Banjarmasin Post

Berdasarkan data BPS Kalsel, nilai impor Kalsel pada Desember 2020 mencapai USD 52,31 juta atau naik 85,35 persen dibandingkan November 2020 yang hanya USD 28,22 juta. Sedangkan, nilai ekspor naik sebesar 9,24 persen. Dari USD 509,72 juta menjadi USD 556,81 juta.

Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengatakan, ada tiga kelompok barang yang mempunyai nilai impor tertinggi pada Desember di antaranya bahan bakar mineral sebesar USD 41,11 juta, mesin-mesin/pesawat mekanik senilai USD 5,98 juta dan kelompok kapal laut sebesar USD 3,30 juta.

Mengenai impor menurut negara asal, dia merincikan, tertinggi berasal dari Malaysia yang mencapai USD 35.75 juta. Diikuti Singapura, USD 11,71 juta dan Cina sebesar USD 1,81 juta.

Terkait negara tujuan ekspor, Edy mengungkapkan pada periode Desember barang-barang dari Kalsel paling banyak diekspor ke Cina dengan nilai USD 226,20 juta. Selain Cina, dia menyampaikan, ekspor Kalsel ke India pada Desember juga lumayan tinggi yakni sebesar USD 109,28 juta.


Ekspor Perikanan Prospektif

Sajili 27 Jan 2021 Kompas

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat, total ekspor perikanan Indonesia sepanjang tahun 2020 mencapai 1.262.000-ton senilai 5,203 miliar dollar AS. Volume itu meningkat 6,6 persen dibandingkan ekspor tahun 2019, sementara nilainya tumbuh 5,4 persen.

Di sisi nilai, kontribusi terbesar berasal dari komoditas udang, yakni 2,04 miliar dollar AS atau 39,21 persen dari total nilai ekspor Indonesia tahun lalu, diikuti tuna-cakalang sebesar 724 juta dollar AS (13,92 persen). Sementara komoditas cumi-sotong-gurita tercatat 509 juta dollar AS (9,79 persen), rajungan-kepiting 367 juta dollar AS (7,05 persen) dan rumput laut 279,6 juta dollar AS (5,2 persen).

Adapun dari sisi volume, ekspor udang tercatat 239.230-ton (18,9 persen), tuna-cakalang yakni 195.710-ton (15,51 persen), rumput laut 195.570-ton (15,5 persen) dan cumi-sotong-gurita 140.040 ton (11,1 persen).

Menurut Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Artati Widiarti, komoditas unggulan yang diharapkan mendongkrak ekspor tahun ini adalah udang, rumput laut, tuna-cakalang, dan cumi-sotong-gurita.

Direktur Pemasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Machmud Sutedja mengemukakan, ekspor udang tahun ini ditargetkan sekitar 2,45 miliar dollar AS atau naik 20 persen, sedangkan rumput laut sekitar 300 juta dollar AS atau tumbuh 7,1 persen.


Dorong Konversi Hasil Ekspor Untuk Otot Rupiah

Sajili 25 Jan 2021 Kontan

Bank Indonesia (BI) terus mendorong eksportir membawa pulang devisa hasil ekspor (DHE) agar masuk ke sistem perbankan dalam negeri.

Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), nilai Devisa Hasil Ekspor (DHE) Indonesia pada November tahun 2020 lalu sebesar US$ 142,35 miliar. Nilai itu setara dengan 88,8% dari total ekspor Indonesia pada November 2020 sebesar US$ 180,73 miliar. BI berharap DHE yang masuk ke sistem perbankan dalam negeri terus meningkat hingga ke 90%-92% dari total ekspor.

Sekretaris Jenderal DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan ada beberapa pertimbangan eksportir untuk belum sepenuhnya mengkonversikan devisa hasil ekspor yang diperoleh eksportir ke mata uang rupiah dengan pergerakan kurs jual dan kurs beli.

Ketua Umum GPEI Benny Soetrisno juga meminta adanya jaminan bagi para eksportir untuk mendapatkan nilai kurs yang sama untuk kegiatan ekspor tersebut agar eksportir mau menukarkan DHE ke mata uang Garuda.


Komoditas Ekspor Daerah, Geliut Perikanan Jateng Berlanjut

Ayutyas 21 Jan 2021 Bisnis Indonesia

Geliat-geliut tren ekspor komoditas perikanan dari Provinsi Jawa Tengah diyakini akan terus berlanjut, kendati pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir mengingat masih terjadinya lonjakan kasus di berbagai negara. Berdasarkan data Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, tren ekspor perikanan dari Jateng terus mengalami penurunan sejak 2018. Faktor yang menyebabkan turunnya nilai ekspor perikanan, terutama disebabkan oleh kondisi alam dan aturan di sejumlah negara tujuan ekspor pada masa pandemi Covid-19.

Saat ini, lumbung utama perikanan Jateng berada di wilayah Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan, Demak, Pati, dan Rembang. Daerah tersebut masih menjadi andalan utama lumbung perikanan karena punya wilayah laut cukup luas. Kawasan Pantai Utara (Pantura) masih menjadi penyumbang terbesar hasil perikanan. Sementara itu, untuk kawasan pantai selatan belum memberikan dampak yang signifikan.

Ekspor komoditas perikanan Jateng diyakini masih bertumbuh, kendati tidak terlalu tinggi. Melihat kondisi pandemi yang masih belum teratasi di sejumlah negara, diproyeksikan ekspor perikanan akan tumbuh sekitar 5%-10%. Produksi perikanan asal Jateng akan terus bertambah, terutama untuk orientasi ekspor seperti rajungan, ikan nila, dan surimi. 

Produk perikanan Jateng secara keseluruhan mampu diserap oleh 28 negara tujuan di luar negeri, dengan total jenis komoditas sebanyak 63 jenis produk. Komoditas yang menempati 10 peringkat tertinggi menurut nilai dari 63 produk perikanan di antaranya adalah daging rajungan, surimi, daging nila, makarel, cumi-cumi, tepung ikan, udang putih, sotong, bloso dan daging kakap. pengembangan sektor perikanan diharapkan bisa memberikan dampak positif, terutama meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberdayakan potensi yang ada di daerah, serta mendongkrak ekonomi nasional dengan peningkatan devisa.

Gurita RI Jangkau Pasar Meksiko

Ayutyas 21 Jan 2021 Investor Daily, 21 Januari 2021

Komoditas gurita (Octopus sp) asal Luwuk Banggai, Sualawesi Tengah (Sulteng), berhasil menjangkau pasar Meksiko. Volume gurita yang diekspor sebanyak 20.500 kilogram (kg) senilai Rp 1,10 miliar. Pandemi Covid-19 rupanya tidak menghalangi permintan komoditas KP Indonesia, termasuk di pasar ekspor. Terbaru, Stasiun KIPM Luwuk Banggai, Sulteng, melepas ekspor langsung 1 kontainer gurita ke Meksiko. Pelepasan tersebut dikemas dengan tema Menembus Batas Tatanan Normal Baru dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional. 

Kegiatan ekspor tersebut dibuka Sekda Kabupaten Banggai Abdullah Ali dan dihadiri Kepala Kantor Pelayanan Bea Cukai Luwuk, Dinas Perikanan, Kepala Syahbandar Luwuk, Dinas Perdagangan dan Pengelola KM Meratus. BKIPM akan terus melakukan pelayanan secara optimal sekaligus mendorong pelaku usaha untuk mengekspor produknya.