Ekspor
( 1052 )Kenaikan Ekspor Belum Dinikmati Pencari Sarang
Volume ekspor sarang burung walet di Jawa Tengah meningkat 15,3 persen pada tahun 2020 ketimbang periode sama 2019. Berdasarkan data Balai Karantina Pertanian Semarang, volume ekspor sarang burung walet pada 2020 mencapai 64.094 kilogram (kg) atau naik 15,3 persen dari 2019 yang sebesar 55.576 kg. Nilai ekspor juga meningkat, dari Rp 1,2 triliun pada 2019 menjadi Rp 1,5 triliun pada 2020.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut, tren ekspor sarang burung walet secara nasional meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir. Data sistem perkarantinaan Badan Karantina Pertanian, Kementan, IQFAST, mencatat, selama pandemi Covid 19, jumlah ekspor sarang burung walet 1.155 ton dengan nilai Rp 28,9 triliun atau meningkat 2,13 persen dari pencapaian pada 2019 yang 1.131,2 ton atau senilai Rp 28,3 triliun.
Dari Kebumen, Jateng, dilaporkan, pencari sarang burung walet di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, tidak menikmati langsung kenaikan ekspor komoditas ini. Pemasukan yang didapat pencari sarang burung walet hanya berkisar Rp 500.000-Rp 1 juta sekali panen.
Ekspor Mobil Anjlok 66%
Ekpor mobil sepanjang 2020 turun 66,18% menjadi 285.207 unit dibanding tahun sebelumnya 843.429 unit. Penurunan ekspor mobil terjadi baik dalam bentuk utuh (CBU) maupun terurai (CKD). Berdasarkan data GAIKINDO, ekspor mobil CBU pada 2020 mencapai 232.175 unit, turun 30,1% dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 332.004 unit. Ekspor mobil dalam bentuk CBU dilakukan oleh sembilan produsen. Ekspor CBU didominasi oleh Daihatsu yang mencapai 91.472 unit atau 39,4% dari total. Sementara itu, ekspor mobil dalam bentuk CKD anjlok hingga 89,6% pada tahun 2020 menjadi tinggal 53.032 unit dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 511.425 unit.
Ekspor komponen juga menurun 22,9% pada 2020 menjadi 61.177.323 pieces dibanding tahun sebelumnya 79.300.676 unit. Ekspor komponen otomotif ini dilakukan oleh Toyota, Honda, Hino, dan Suzuki. Tidak hanya Ekspor, impor mobil juga mengalami penurunan hingga 53,5% pada tahun 2020 menjadi 34.353 unit dibanding tahun 2019 yang sebanyak 73.879 unit. Kemendag tengah menyiapkan argumentasi pendukung sanggahan (submisi) keberatan untuk membebaskan mobil Indonesia dari bea masuk tindakan pengamanan sementara (BMTPS) atau safeguard yang dibuat oleh pemerintah Filipina. Produk yang dikenakan safeguard oleh otoritas FIlipina adalah mobil penumpang dan kendaraan niaga ringan (LCV). Pengenaan safeguard tersebut akan efektif berlaku lima belas hari sejak tanggal penetapan. Pengenaan safeguard tersebut bakal berlaku selama 200 hari.
Industri kendaraan bermotor merupakan salah satu yang didorong pengembangannya di Tanah Air. Hal ini karena industri tersebut menunjukkan pertumbuhan signifikan yang juga mendukung perekonomian nasional. Perkembangan otomotif Indonesia tersebut, menunjukkan tren yang menggembirakan. Menperin mengungkapkan, ada dua faktor yang akan membuat investasi di sektor otomotif semakin bertambah. Selain itu, industri otomotif global memiliki Global Value Chain yang tinggi, sehingga perbedaan harga antarnegara relatif rendah. Dalam hal ini, Indonesia diuntungkan karena telah mampu mengekspor produk otomotif ke lebih dari 80 negara dengan rata-rata 200.000 unit per tahun.
Biji Mete Sultra Tembus Vietnam dan India
Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Kendari menyatakan bahwa selama 2020 pemasaran komoditas biji mete organik asal Sulawesi Tenggara (Sultra) mampu menembus pasar ekspor ke dua negara, yaitu India dan Vietnam.
“Selain Vietnam, selama 2020, Sultra berhasil mengekspor biji mete ke India dengan total 103,7 ton. Volume ekspor tersebut dengan nilai perdagangan mencapai Rp15,5 miliar,” kata Kepala Karantina Pertanian Kendari, Prayitno Ginting di Kendari, Minggu (17/1).
Disebutkan, angka ekspor biji mete Sultra sebesar 0,6 persen dari total perdagangan domestik biji mete Sultra. “Sementara itu di awal tahun ini baru ekspor lagi 48 ton biji mete ke Vietnam, dengan nilai sekitar Rp1 miliar,” katanya.
Ekspor Sarang Walet Sumbang Rp 28 Triliun
Ekspor sarang burung walet (SBW) sepanjang 2020 mencapai Rp 28,90 triliun, atau meningkat 2,13% dari 2019 yang sebesar Rp 28,30 triliun. Ekspor sarang walet menjadi salah satu penyumbang utama pada peningkatan ekspor produk pertanian tahun lalu. Tren ekspor SBW menunjukkan peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir. Hal itu karena rumah dari burung walet (Collocalia sp) itu dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan banyak dihasilkan di Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi. SBW dapat hidup baik dengan ekosistem yang terjaga, mulai dari hutan, laut dan sungai.
Saat ini, SBW yang diperdagangkan merupakan komoditas binaan dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian (Kementan) untuk produktivitasnya. Untuk pendampingan eksportasi, mulai dari harmonisasi aturan, persyaratan teknis sanitasinegara tujuan, dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan (food safety) dilakukan oleh Barantan Kementan. Partisipasi dan dukungan dinas pertanian, peternak dan masyarakat dalam menjaga keberlangsungan komoditas SBW sangat diperlukan. Salah satunya terhadap penyakit flu burung atau avin influenza (AI).
(Oleh - IDS)
Ekspor Besi dan Baja Tembus US$ 10 Miliar
Nilai ekspor produk besi dan baja sepanjang tahun 2020 mencapai US$ 10,85 miliar atau sekitar Rp 152,29 triliun, naik 46,84% dari tahun sebelumnya US$ 7,38 miliar. Pandemi Covid-19 tidak menjadi halangan bagi industri baja Tanah Air untuk memacu pertumbuhan ekspornya pada tahun lalu. Hasil bagus tersebut karena banyak pabrik baja di dunia seperti di Eropa yang mengurangi produksi selama pandemi. Tren bagus ekspor baja akan berlanjut pada tahun ini karena pandemi Covid-19 masih berlanjut. Sehingga, industri baja nasional harus mampu mengambil peluang emas ini untuk menguasai pasar luar dan dalam negeri.
Langkah positif pemerintah untuk mengendalikan importasi dan memberikan perlindungan terhadap industri baja nasional adalah kebijakan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai technical barrier impor, tetapi juga erat kaitannya dengan keamanan dan keselamatan pengguna baja, sehingga harus diberlakukan secara wajib. Kemenperin sendiri telah menargetkan pengurangan impor baja sebesar 35%. Langkah yang ditempuh antara lain meningkatkan penggunaan baja dalam negeri, meningkatkan pengawasan baja yang tidak memiliki SNI wajib dan mencari investasi untuk subtitusi impor. Pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk industri baja berbenah dan bangkit.
(Oleh - IDS)
Kekurangan Pasokan Kelapa Tua - Potensi Ekspor Bahan Baku VCO Menjanjikan
Potensi akan Virgin Coconut Oil (VCO) yang bahan dasarnya terbuat dari biji kelapa punya potensi yang cukup baik di Kalsel. Karena kini, bahan baku VCO tengah dicari untuk diekspor.
Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani menjelaskan bahwa memang potensi ekspor akan VCO baik. “Malah ini bahan bakunya kekurangan, “ kata Birhasani, Kamis (14/1).
Dijelaskan dia, setelah kunjungan ke PT Daxen Banjarbaru, diketahui bahwa perusahaan ini telah memproduksi Virgin Coconut Oil (VCO) dengan kapasitas 10.000 biji kelapa dengan produksi 600 kilogram VCO per hari.
Mengingat saat ini produksinya masih dibawah kapasitas maksimal, sementara permintaan importir luar negeri semakin meningkat, maka pihak perusahaan tentunya memerlukan pasokan kelapa sebagai bahan bakunya.
UMKM RI Diajak Buka Lapak di Arab Saudi
Pemerintah sedang berupaya menggenjot ekspor non migas ke Arab Saudi dengan mengajak UMKM berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan para Jemaah Haji dan Umroh Indonesia, misalnya dengan mengekspor produk makanan hingga pakaian.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dengan mendorong ekspor produk UMKM ke Arab Saudi, kesempatan untuk UMKM menjadi pemain global sangatlah besar. Apalagi, jumlah Jemaah Haji dan Umroh Indonesia sangatlah besar.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan, pada tahun 2019 saja Jemaah Haji Indonesia tembus 221.000 orang, dan Jemaah Umroh sebanyak 1 juta orang per tahun.
Khususnya untuk kegiatan Haji, Kemenag mencatat kebutuhan makan Jemaah Indonesia sangatlah besar. Oleh sebab itu, menurutnya hal ini menjadi peluang bagi pelaku UMKM memasok kebutuhan Jemaah Haji Indonesia ke Arab Saudi.
Celah Ekspor Timah Mentah Ditutup Rapat
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang menyiapkan regulasi baru untuk memperkuat aturan pelarangan ekspor raw material atau konsentrat timah. Regulasi itu demi menekan kebocoran ekspor tinah ke luar negeri.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Yunus Saefulhak mengungkapkan, saat ini tata niaga timah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 25/2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara. Ada pula Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 53/2018 juncto Permendag No 33/2015.
Melalui aturan itu, timah yang dapat dijual ke luar negeri harus melalui proses pengolahan dan pemurnian di dalam negeri sampai mencapai batasan minimum kadar Sn>99,9%. “Dan dalam bentuk timah murni batangan dengan ukuran dan bentuk tertentu, “ ungkap Yunus.
Kedua beleid itu juga memuat ketentuan di mana ekspor konsentrat timah dilarang karena belum memenuhi batasan dan ketentuan di atas. jika ada indikasi atau praktik ekspor pasir timah, maka pelanggar akan dikenakan sanksi hukum.
Harga Rekor, Permintaan Batubara China Menggunung
Permintaan batubara dari China mendorong batubara menyentuh rekor harga tertinggi sejak Mei 2019. Secara fundamental, analis memprediksi penguatan harga batubara akan berlanjut selama kuartal l-2021.
Senin (11/1), per pukul 16.38 WIB, harga batubara Newcastle kontrak pengiriman Maret 2021 naik 1,41% jadi USS 86,5 per metrik ton. Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, pembelian dari China masih bisa bertambah. “China masih memiliki sisa kuota impor, “ kata Wahyu, Selasa (12/1).
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, reformasi tambang di China juga mempengaruhi harga batubara. China mengurangi produksi batubara 50%. Padahal kebutuhan batubara di China naik, seiring pemulihan industri yang sudah lebih dulu terjadi, karena negara ini berhasil mengatasi pandemi lebih dulu dibanding negara lain. Kebutuhan batubara juga meningkat saat musim dingin.
Revitalisasi Tambak Topang Target Ekspor
Revitalisasi tambak udang menjadi kunci peningkatan produksi udang dan nilai ekspor udang yang ditargetkan meningkat 250 persen secara bertahap pada 2019-2024. Agar revitalisasi tambak ini berjalan, investasi yang didukung dengan kemudahan perizinan dibutuhkan.
Ketua Umum Forum Udang Indonesia Budhi Wibowo optimistis target itu dapat tercapai dalam lima tahun nanti. Apalagi, per November 2020, volume dan nilai ekspor udang Indonesia masing-masing 219.000 ton dan sebesar 1,86 miliar dollar AS. Hingga akhir 2020, nilai ekspor udang diperkirakan tumbuh 20 persen dari 2019.
Saat ini terdapat 300.000 hektar (ha) tambak tradisional, 16.000 hektar tambak semi-intensif, dan 6.000 ha tambak intensif. Pada 2024, ditargetkan terdapat 286.000 ha tambak tradisional, 30.000 ha tambak semi-intensif, dan 7.000 ha tambak intensif.
Pilihan Editor
-
Bank Sentral Waspadai Kepanikan di Pasar Uang
09 Mar 2020