Ekspor
( 1052 )Ikan Hias Turut Topang Ekspor Perikanan
Pada 2012-2019, ekspor ikan hias meningkat dari 21 juta dollar AS menjadi 33 juta dollar AS. Negara tujuan ekspor antara lain China, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, dan Australia.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto, Minggu (10/1/2021), mengatakan, bisnis budidaya ikan hias termasuk salah satu peluang usaha baru yang banyak dilirik masyarakat di tengah pandemi. Tahun ini KKP akan menyalurkan 150 paket bantuan budidaya ikan hias, seperti benih, pakan, wadah, obat-obatan, serta instalasi air dan listrik, kepada pembudidaya.
Pasca Evaluasi Bisnis 2020, GPEI Tetapkan 5 Opsi untuk Proyeksi Peningkatan Ekspor 2021
Kalangan dunia usaha di sektor ekspor yang terhimpun dalam Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) menetapkan lima opsi sebagai agenda yang akan diajukan kepada pemerintah sebagai pertimbangan dan dorongan dalam proyeksi peningkatan prospek maupun volume ekspor dari Indonesia pada tahun 2021 ini.
“Kelima opsi atau agenda yang ditetapkan GPEI itu sebenarnya merupakan masalah krusial yang sudah terjadi selama ini, bahkan terasa semakin serius dan perlu perhatian khusus selama masa pandemi Covid-19. Kelima hal itu meliputi 1. Masalah standar kontainer di Indonesia. 2. Alokasi subsidi untuk sektor UMKM. 3. Target ekspor jangka menengah hingga 2023. 4. Daya saing dan kompetisi produk berkualitas ekspor, dan 5. Masalah kemudahan regulasi atau birokrasi,” ujar Ketua Umum GPEI Provinsi Sumut Khairul Mahalli kepada pers di kantornya, jalan Setiabudi Medan, Senin (4/1).
Ekspor Fero Nikel Sultra Capai Rekor Tertinggi
Ekspor komoditas besi dan baja, khususnya fero nikel dari Sulawesi Tenggara, mencatatkan nilai tertinggi pada November lalu. Nilai ekspor komoditas ini mencapai 406 juta dollar AS, atau lebih dari Rp 5,7 triliun, yang merupakan nilai tertinggi selama tiga tahun terakhir.
Di tengah pandemi Covid-19, nilai ekspor Sultra melejit dari periode sebelumnya. Nilai ekspor Sultra pada November 2020 lalu mencapai 409,97 juta dollar AS (Rp 5,78 triliun). Nilai ini didominasi komoditas besi dan baja, khususnya fero nikel, dengan angka 406,33 juta dollar AS (Rp 5,73 triliun) atau mendominasi sebanyak 99,11 persen.
Surianto Toar, Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Sultra, dalam pernyataan pers virtual di Kendari, Senin (4/1/2021), menyampaikan, total ekspor November merupakan capaian tertinggi selama 2020.
Dari sektor industri pengolahan ini, ia melanjutkan, komoditas besi dan baja, utamanya fero nikel, mencapai kontribusi sebesar 406,33 juta dollar AS. Jumlah ini mendominasi sebesar 99,11 persen. Sisanya, sebesar 0,89 persen, adalah gabungan olahan ikan dan udang, cengkeh, mete, dan rumput laut. Sebagian besar komoditas tersebut dikirim ke China.
Peraturan Devisa Ekspor Impor Diperlonggar
Bank Indonesia (Bl) melonggarkan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan Devisa Pembayaran Impor (DPI). Kebijakan bank sentral ini menjadi insentif bagi dunia usaha yang terdampak pandemi Covid-19.
Pelonggaran aturan itu tertuang di Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 22/21/PBI/2020 yang berlaku mulai 1 Januari 2021. Beleid ini merupakan perubahan dari PBI Nomor 21/14/PBI/2019.
Ada tiga poin perubahan aturan. Pertama, perubahan aturan selisih kurang nilai DHE. Kedua, perubahan tentang pengkreditan penerimaan DHE. Ketiga, perubahan pengenaan sanksi administratif yang mulai berlaku pada 1 Januari 2022.
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro menyambut baik relaksasi ini. Ia meminta Bl lebih getol melakukan sosialisasi kepada eksportir. Sebab, ada permasalahan di lapangan.
Toto berharap, pelonggaran aturan ini terus dibarengi dengan mempermudah proses dan arus ekspor barang. Dengan demikian, ekspor mampu menopang proses pemulihan ekonomi nasional sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik.
Ekspor Kolang Kaling Raya Simalungun Naik 100 Persen
Pertumbuhan ekspor kolang-kaling Raya, Kabupaten Simalungun kian membaik. Permintaan dari luar negeri naik 100 persen.
“Kami tetap jaga kualitas kolang-kaling. Nilai ekspor dalam sebulan terakhir melebihi target pemasaran, naik dari 20 ton menjadi 40 ton,” kata Reno Karno Saragih, agen pengumpul kolang-kaling di Raya, Senin (21/12).
Kolang-kaling Raya pada mulanya diekspor ke Filipina dan Vietnam. Guna memaksimalkan pemasaran, diperluas ke Singapura dan Thailand. Untuk bisa mencukupi permintaan luar negeri, pihak Reno berusaha mengumpulkan kolang-kaling dari berbagai daerah bahkan dari luar Kabupaten Simalungun.
Masuknya komoditi kolang-kaling Raya ke luar negeri setelah dijalin kerjasama dengan PT Furnindo Sagala Perkasa yang berkantor pusat di Tanah Tinggi-Jakarta. Kualitas kolang-kaling Raya tidak diragukan lagi sehingga diminati konsumen dari luar negeri.
Khofifah Gagas Rumah Ekspor Center
Geliat ekspor asal Jawa Timur terus meningkat, baik produk UMKM maupun produk pertanian. Tercetus rencana Pemprov Jatim bersama Kementerian Perdagangan membuat pilot project Rumah Export Center tahun 2021, yang akan dibuka di Jatim.
Pemprov Jatim, lanjut Khofifah, terus berupaya meningkatkan kualitas produk-produk ekspor asal Jatim baik produk UMKM maupun produk pertanian. Selain memberikan pelatihan, rencananya pada Januari Tahun 2021 mendatang, Pemprov Jatim bersama Kementerian Perdagangan akan membuat pilot project yakni Rumah Export Center yang akan dibuka di Jatim.
Menurutnya, pada tahun ini ekspor sektor pertanian Jatim sejumlah 2.144 milliar ton atau senilai Rp. 39 Triliun Kemudian sektor non pertanian sebesar 48.495 ton senilai Rp 13 Triliun, sehingga total ekspor komoditas pertanian Tahun 2020 senilai Rp 52 Triliun. “Kami berharap ke depannya performa ekspor sektor pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. “ pungkasnya.
Australia Sesalkan Larangan Ekspor Batubara ke Tiongkok
Pemerintah Australia mengecam laporan larangan ekspor batubara ke Tiongkok sebagai sebuah pelanggaran nyata terhadap aturan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). Menurut Perdana Menteri (PM) Scott Morrison, Tiongkok belum mengonfirmasikan laporan media pemerintahnya bahwa ekspor batubara Australia yang bernilai miliaran dolar kini telah tunduk pada larangan tidak resmi. Hal tersebut jelas akan melanggar perjanjian perdagangan bebas dan berharap hal tersebut tidak terjadi.
Petunjuk mengenai embargo batu bara telah menjadi rumor yang diperbincangkan selama beberapa waktu, menyusul kabar bahwa banyak pengirimannya dari Australia yang telah diblokir di pelabuhan-pelabuhan Tiongkok. Para pembuat kebijakan di Tiongkok guna mengontrol jumlah batu bara yang masuk ke negara itu. Tetapi larangan tak resmi atas batubara Australia tersebut bakal menjadi sebuah ekskalasi dramatis, karena menyasar salah satu ekspor paling berharga yang nilainya mencapai US$ 3 miliar setahun.
Pemerintahan Australia sendiri telah lama mengisyaratkan kemungkinan untuk meminta WTO turun tangan dalam perselisihan ini. Tetapi resolusi yang menghabiskan waktu bertahun-tahun dapat membuka klaim pembalasan bagi Australia dan memperburuk hubungan lebih lanjut. Hubungan Australia-Tiongkok berada pada titik terendah sejak peristiwa kekerasan Lapangan Tiananmen 1989. Sedikitnya ada 13 sektor produk Australia yang dikenakan tarif atau mengalami gangguan, termasuk jelai, daging sapi, tembaga, kapas, lobster, gula, kayu, pariwisata, universitas, minuman anggur, ganndum dan wol.
Ekspor Minyak Sawit Oktober US$ 2,07 Miliar
Dalam catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor produk minyak sawit Oktober 2020 mencapai 3,03 juta ton atau naik 9,55% dari September 2020 yang sebesar 2,76 juta ton. Kenaikan tertinggi sebesar 10,70% terjadi pada produk olahan minyak sawit menjadi 1,96 juta ton dari 1,77 juta ton pada September dan produk oleokimia yang naik 30,30% menjadi 408 ribu ton dari 313 ribu ton pada September.
Analis komoditas dari LMC International Ltd Inggris James Fry mengatakan, kinerja produksi minyak sawit tahun ini yang paling rendah di negara-negara produsen bukan karena dampak musim kemarau panjang satu atau dua tahun sebelumnya tapi juga dampak dari pemeliharaan kebun yang kurang baik akibat penggunaan pupuk berkualitas rendah beberapa tahun lalu. Permintaan pasar akan kembali normal seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi paska Covid-19 terutama di negara Tiongkok dan India pada 2021.
Karantina Fasilitasi Ekspor Kopi Sumut ke 50 Lebih Negara
Karantina Pertanian Medan di Kualanamu mencatat telah memfasilitasi ekspor biji kopi dari Sumut ke 50 lebih Negara sejak Januari hingga awal Desember 2020. Hal itu disampaikan Kepala Karantina Pertanian Medan di Kualanamu, Ir Hafni Zahara MSc dalam siaran persnya yang diterima SIB, Sabtu (12/12).
Sesuai data sistem informasi karantina, Iqfast (Indonesia Quarantine Full Automation System) pada Karantina Pertanian Medan, sebanyak 12 ton sampel biji kopi dengan nilai ekonomi mencapai Rp 1,2 miliar, telah difasilitasi sejak Januari hingga minggu pertama Desember 2020.
Disebutkan, pengiriman ekspor kopi melalui Bandara Kualanamu yang difasilitasi Karantina Pertanian Medan, hanya berupa sampel. Jika sudah ada kontrak permintaan dalam jumlah besar akan dikirim melalui Pelabuhan Belawan.
Karantina Pertanian Medan di Kualanamu telah memfasilitasi sertifikasi ekspor 18 Kg sampel biji kopi arabica, robusta dan kopi luwak tujuan Switzerland, China dan Jerman. Selain biji kopi juga ada dikirim sampel vanili ke Amerika Serikat.
Pemulihan Ekonomi Cirebon, Kinerja Ekspor Tembus US$191 Juta
Kinerja ekspor Kabupaten Cirebon periode Januari sampai dengan pertengahan Desember 2020 mencatatkan nilai sebesar US$ 191,5 juta yang sebagian besarnya merupakan produk usaha mikor kecil menengah (UMKM). Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Cirebon, mencatat hingga akhir 2020 ini Kabupaten Cirebon memiliki 20 produk ekspor unggulan yang didominasi UMKM. Jumlah ekspor produk unggulan di Kabupaten Cirebon sudah sebanyak 8.703 kontainer. Sebagian besar berasal dari furnitur rotan, mencapai 4.011 kontainer.
Ekspor rotan dari kabupaten Cirebon sempat mengalami keterpurukan pada triwulan 1 hingga 2 (Januari-Juni). Hal tersebut karena beberapa negara tujuan di Eropa, Asia, dan Amerika memberlakukan kebijakan lockdown. Keterpurukan tersebut sudah mulai sirna pada Juli 2020, para pelaku UMKM industri rotan di Kabupaten Cirebon sudah mulai mendapatkan pesanan dari sejumlah negara tujuan.
Disperdagin Kabupaten Cirebon pun dalam waktu dekat akan melakukan pelatihan kepada para eksportir baru. Selain pelatihan, pemerintah juga akan memfasilitasi kebutuhan teknis tentang ekspor. Dari keseluruhan produk layak ekspor, 70% merupakan rotan sedangkan 30% lainnya adalah industri hasil laut, pertanian, pengolahan, dan tekstil. Berdasarkan catatan Kementrian Perdagangan, Indonesia berada di peringkat ketiga negara pengekspor rotan terbesar dengan total 6,11% dibawah Tiongkok (45,15%) dan Vietnam (12,49%).
Pilihan Editor
-
Lampu Kuning Ekspor Indonesia
11 Feb 2020