;
Tags

Ekspor

( 1052 )

Kalsel Ekspor Belut Hidup ke China

marbis 19 Nov 2020 Kompas

Kalimantan Selatan mulai mengekspor belut secara langsung ke China lewat jalur udara. Terbukanya pintu ekspor menjadi peluang usaha budidaya belut di Kalsel untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri.

Sebanyak 1,55 ton belut hidup dikirim dari Kalsel ke China lewat kargo Bandara Internasional Syamsudin Noor di Banjarbaru, Rabu (18/11/2020). Pelepasan ekspor perdana belut di terminal kargo bandara itu dihadiri jajaran Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas II Banjarmasin, Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel, Dinas Perdagangan Kalsel, dan CV Tiga A selaku eksportir belut.

Kepala BKIPM Banjarmasin Sokhib mengatakan, belut kini termasuk komoditas perikanan unggulan Kalsel yang turut menyumbang penerimaan negara bukan pajak (PNBP), seperti udang, kepiting, daging rajungan, ikan segar, dan ikan arwana. Sampai Oktober 2020, komoditas perikanan menyumbang PNBP sebesar Rp 885,28 juta dengan nilai komoditas mencapai Rp 145,41 miliar.

Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani mengatakan, ekspor perikanan bisa menjadi masa depan ekspor Kalsel sehingga tak bergantung pada komoditas pertambangan. Peningkatan ekspor perikanan juga akan menggairahkan nelayan dan usaha perikanan.


Pemerintah Investigasi Temuan Virus Korona Baru pada Produk Ikan

marbis 18 Nov 2020 Kompas

Pemerintah RI masih menginvestigasi PT ALI terkait temuan virus korona baru atau SARS-CoV-2 pada produk ikan bawal yang diekspor ke China. Sebelumnya, temuan kasus virus korona ini ditemukan pada kemasan produk perikanan PT PI yang juga dikirim ke China.

Otoritas Bea dan Cukai China (GACC) mendeteksi kontaminasi virus penyebab Covid-19 pada produk ikan bawal asal Indonesia. Produk itu dikirim PT ALI yang berdomisili di Jawa Timur. Terkait temuan itu, China menangguhkan impor produk perikanan dari perusahaan selama tujuh hari.

Kepala Pusat Pengendalian Mutu Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (BKIPM-KKP) Widodo Sumiyanto, Selasa (17/11/2020), mengatakan, BKIPM mendapat informasi terkait temuan GACC itu pada 8 November 2020 dan disampaikan GACC pada 10 November.

Produk itu dikirim dalam satu kontainer berisi 26,2 ton ikan oleh PT ALI pada 12 September 2020. Pengiriman produk itu ditangguhkan sementara selama tujuh hari sehingga pada 18 November 2020 seharusnya perusahaan sudah diperbolehkan mengirim kembali produk perikanan ke China.

Kepala BKIPM-KKP Rina menuturkan, dalam menginvestigasi PT ALI, BKIPM juga berkoordinasi dengan GACC dan atase perdagangan di Beijing. Selama investigasi berlangsung, BKIPM menghentikan sementara layanan sertifikasi kesehatan (HC) untuk ekspor bagi PT ALI.

Saat ini, SNI produk perikanan sejumlah 169 SNI, dan 57 SNI produk perikanan nonpangan. SNI dinilai menjadi garda terdepan untuk melindungi produk perikanan dalam negeri dan melindungi produk di pasar global.


Komoditas Karet : Permintaan Pasar Dunia Meningkat

marbis 18 Nov 2020 Kompas

Ekspor karet remah dari Sumatera Utara pada Oktober mencapai 40.543 ton, meningkat 18,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

“Peningkatan volume ekspor karet pada Oktober, antara lain, didorong kepanikan pembeli karena produksi karet yang terus menurun hampir di seluruh sentra produksi di Indonesia,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah, Selasa (17/11/2020).

Volume ekspor karet Sumut pada Oktober meningkat 18,03 persen dari September yang mencapai 34.351 ton. Namun, secara tahunan, volume ekspor karet pada periode Januari sampai Oktober 2020 masih 315.792 ton atau menurun 8,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Enam negara tujuan ekspor utama Sumut, yaitu Jepang (19,11 persen), AS (19,06 persen), India (9,14 persen), Brasil (7,59 persen), China (6,76 persen), dan Turki (6,59 persen). Enam negara tersebut mencakup 68,24 persen dari semua ekspor karet dari Sumut.

Harga karet jenis TSR 20 untuk pengapalan Desember sudah mencapai 155,5 sen dollar AS per kilogram, meningkat 3,13 sen dollar AS dibandingkan Oktober. Pada Juli, harga karet sempat anjlok hingga 116,5 sen dollar AS per kilogram.

Harga karet di salah satu unit pengolahan dan pemasaran bahan olah karet dengan kualitas yang bagus kini mencapai Rp10.300 per kilogram. Harga tersebut meningkat setelah anjlok hingga Rp 6.000 per kilogram.


Neraca Perdagangan Surplus tapi Ekonomi Belum Pulih

marbis 17 Nov 2020 Kontan

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca dagang di bulan tersebut adalah yang terbesar sepanjang tahun ini yang tercatat sebesar US$ 3,61 milliar. Berarti neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama enam kali berturut sejak bulan Mei 2020.

Terjadinya surplus di periode tersebut didorong oleh penurunan nilai impor, di tengah meningkatnya nilai ekspor di periode serupa. Terperinci, total nilai ekspor pada Oktober tercatat US$ 14,39 miliar atau naik 3,09% secara bulanan atau month to month (mom) dibandingkan dengan September 2020. Sementara total nilai impor pada bulan tersebut sebesar US$ 10,78 miliar atau turun 6,79% mom dari bulan sebelumnya.

Penurunan impor terjadi di jenis penggunaan barang. Baik itu impor barang konsumsi, impor bahan baku penolong, serta impor barang modal. Adapun ekspor yang melonjak itu terjadi akibat adanya kenaikan ekspor nonmigas. Seperti di produk pertanian, industri pengolahan serta pertambangan.

Dari sisi ekspor non migas, ekspor sektor pertanian pada Oktober 2020 tercatat sebesar US$ 420 juta. Nilai tersebut naik 1,26% mom. Kemudian ekspor sektor industri pengolahan pada bulan tersebut tercatat US$ 11,79 miliar. Ini meningkat 2,08% mom dari bulan September 2020. Sementara itu, ekspor sektor pertambangan pada Oktober 2020 tercatat sebesar US$ 1,55 miliar atau naik 16,98% mom.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengingatkan meski terjadi lonjakan ekspor non migas di periode tersebut, tapi ada ada potensi penurunan ekspor lagi yang disebabkan potensi lockdown yang terjadi di negara mitra dagang Indonesia, terutama di negara yang tergabung dalam Uni Eropa. “Kemungkinan pembatasan yang terjadi di November bisa sampai bulan Desember nanti,” katanya kepada KONTAN, Senin (16/11).

 


RCEP Perketat Persaingan

marbis 16 Nov 2020 Kompas

Indonesia bersama 14 negara menandatangani perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau RCEP. Negara yang turut menandatangani RCEP terdiri dari 10 negara anggota ASEAN, Selandia Baru, China, Korea Selatan, Jepang, dan Australia. Pakta yang setebal 14.367 halaman ini diteken di akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) RCEP ke-4, rangkaian KTT ASEAN ke-37 di Hanoi, Vietnam, Minggu (15/11/2020).

Ruang lingkup RCEP itu mencakup perdagangan barang dan jasa, investasi, kerja sama ekonomi dan teknis, kekayaan intelektual, persaingan, penyelesaian sengketa, e-dagang, serta usaha kecil dan menengah (UKM).

Publikasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) “World Trade Statistical Review 2020”, China, Korea Selatan, dan Vietnam tergolong dalam 10 negara eksportir tekstil terbesar dunia sepanjang 2019 dengan porsi secara berturut-tutut sebesar 39,2 persen, 3 persen, dan 2,9 persen. Sebaliknya, Indonesia tergolong dalam 10 negara importir tekstil tertinggi dunia dengan porsi 2,1 persen.

Laporan yang sama menyebutkan, negara-negara anggota RCEP yang masuk dalam 10 eksportir produk otomotif dunia terbesar sepanjang 2019 adalah Jepang, Korea Selatan, China, dan Thailand. Secara berturut-turut, porsi masing-masing negara itu sebesar 13,7 persen, 5 persen, 2,6 persen, dan 1,7 persen. Di sektor jasa telekomunikasi, China dan Singapura masuk dalam daftar 10 negara eksportir teratas dunia. Pada 2018, porsi ekspor setiap negara itu sebesar 3 persen dan 2,2 persen.

Oleh sebab itu, Indonesia akan memasang strategi ofensif, baik di dalam maupun luar negeri. Indonesia mesti unggul di pasar domestik yang kini turut menjadi pasar internasional. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, sebelum diimplementasikan, RCEP mesti diratifikasi. Selama 90 hari ke depan, Kemendag akan mempersiapkan proses ratifikasi.


Ekspor Indonesia ke Swiss Melonjak 187%

Ayutyas 16 Nov 2020 Investor Daily

Selama Januari-September 2020,ekspor Indonesia ke Swiss Melonjak 187% menjadi US$ 2,5 miliar. KBRI Bern bekerja sama dengan Atase Perdagangan Indonesia di Jenewa dan dan Industri (Kadin) Swiss mengadakan kegiatan temu bisnis virtual membahas peluang dan potensi bisnis di Indonesia pada 5 November 2020.

Kegiatan ini dilakukan sekaligus untuk mensosialisasikan kebijakan Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia,Salah satunya melalui penerbitan UU Cipta kerja beberapa waktu lalu.

Di sela acara pertemuan tersebut, KBRI Bern melakukan sosialisasi Trade Expo Indonesia (TEI) Virtual 2020, yang dilaksanakan pada 10-16 November 2020,mengenai suksesnya berbisnis di Indonesia dan pengusaha Indonesia yang telah berbisnis di Swiss.

Muliaman Hadad (Duta Besar Indonesia di Bern), Menyatakan apabila tren perkembangan ekspor Indonesia Ke Swiss terus berlanjut,diperkirakan ekspor Indonesia ke Swiss mencapai US$ 3 miliar pada 2020.

Muliaman Menambahkan, Saat ini,Swiss,juga seperti negara Eropa lainnya sedang mengalami peingkatan kasus Covid-19.Namun,permintaan terhadap komoditas ekpor Indonesia terus berlanjut,diduga bertujuan untuk meningkatkan persediaan (stok) untuk menyambut pemulihan ekonomi 2021.

Menurut data Swiss Federal Customs Administration (SFCA),Peningkatan besar ini di dominasi oleh naiknya permintaan akan komoditas logam milia (HS-71).Untuk periode januari-september 2020.Produk lainnya seperti produk tekstil,kopi,mebel,minyak astri dan alas kaki juga mengalami lonjakan yang signifikan,sampai kuartal III-2020.


KPPU Duga Ada Monopoli Ekspor

Sajili 13 Nov 2020 Kompas

Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Guntur Saragih, Kamis (12/11/2020), mengatakan, KPPU telah melakukan advokasi sejak Juli 2020 dan memanggil beberapa asosiasi pengusaha kelautan dan perikanan, pembudidaya perikanan, pelaku usaha kargo, serta Direktorat Jenderal Budidaya Perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Penyelidikan terhadap kasus dugaan monopoli itu berjalan sejak 8 November 2020. “Kami melihat ada potensi indikasi persaingan usaha yang tidak sehat, di mana ada kegiatan yang membuat jasa pengiriman (ekspor benih lobster) hanya terkonsentrasi pada pihak tertentu saja,” ujarnya dalam telekonferensi pers.

Guntur menyatakan, KPPU melihat tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk sengaja menunjuk satu pelaku usaha logistik tertentu untuk menangani jasa kargo ekspor benih lobster. KPPU juga belum mengungkapkan identitas perusahaan yang diduga melakukan praktik monopoli itu.

Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan Susan Herawati mengatakan, mekanisme kontrol dari Kementerian Kelautan dan Perikanan seharusnya diperketat untuk mengontrol arus pengiriman ekspor benih lobster.

Indikasi praktik monopoli dalam bisnis ekspor benih lobster ini sudah terendus sejak lama di lapangan. “Praktik bisnis ekspor benih lobster yang bermasalah dari hulu ke hilir hanya akan memperkaya makelar, melainkan tak memedulikan nasib penangkap benih lobster,” katanya.


Ongkos Ekspor Benih Lobster Mahal Akibat Jasa Pengiriman Dimonopoli

marbis 13 Nov 2020 Harian Sinar Indonesia Baru

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengendus praktik monopoli pada jasa pengiriman logistik ekspor benih lobster. Direktur Investigasi KPPU Gopera Panggabean mengatakan, “Dari informasi yang kita peroleh, terkait dengan tarif biaya ekspor ini jadi dinilai dan dirasakan cukup mahal bagi pelaku ekspor. Karena tidak ada pilihan lain terhadap pengiriman ekspor benih lobster, semua hanya bisa lewat Bandara Soetta, sementara budidaya benih lobster ini tersebar sampai Bali, NTT, NTB,” ungkap Gopera dalam forum jurnalis KPPU secara virtual, Kamis (12/11).

Juru bicara sekaligus komisioner KPPU Guntur Saragih juga menambah, hal ini bisa membuat risiko usaha eksportir benih lobster meningkat. “Ini bisa menciptakan pasar tidak efisien. Salah satunya ini resiko yang ditanggung pengusaha baby lobster, karena ini kan barang hidup, apakah bisa tahan kalau dibawa ke Jakarta dulu baru dikirim ke target pasarnya,” kata Guntur.


Ekspor Sawit Tembus Rp 219 Triliun

Ayutyas 13 Nov 2020 Investor Daily

Dalam catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), nilai ekspor minyak sawit atau produk sawit pada September 2020 mencapai US$ 1,87 miliar atau naik 10% dibanding Agustus 2020 sebesar US$1,69 miliar. Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, pada September 2020, ekspor sawit ke Tiongkok 645 ribu ton atau lebih tinggi dari Agustus yang 618 ribu ton, ekspor ke India tidak mengalami perubahan atau tetap 351 ribu ton. Lalu, ekspor ke Uni Eropa dan Pakistan pada September lebih rendah dari Agustus. Kenaikan ekspor terjadi dengan tujuan Brasil, Malaysia, Rusia dan Afrika.

Mukti juga mengatakan produksi minyak sawit Indonesia telah menunjukkan pemulihan, ini terlihat dari kenaikan yang konsisten dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, konsumsi sawit dalam negeri untuk pangan dalam empat bulan terakhir menunjukkan kenaikan konsisten dan pada September menacapai 667 ribu ton. Secara yoy sampai September, konsumsi sawit untuk pangan masih rendah 15,80% dari tahun lalu.

Sementara itu, Deputi II Bidang Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud sebelumnya mengatakan, tiga sektor usaha yang selalu bersaing menjadi penyumbang devisa terbesar bagi negara adalah minyak sawit, migas dan batubara, serta pariwisata melalui wisatawan mancanegara (wisman).

Sedangkan harga minyak mentah turun tajam menjadi US$ 20 perbarel, batubara yang pada 2019 masih US$ 75 per ton kini US$ 50 per ton. Selain harga rendah, perlambatan pertumbuhan ekonomi global mempengaruhi ekspor komoditas migas dan batubara.


Ekspor 40 Ton Belut ke Negeri Cina

Sajili 12 Nov 2020 Banjarmasin Post

Ekspor ikan ke luar negeri terus menunjukkan tren peningkatan. Kali ini, yang di ekspor hasil budidaya belut. “Hari ini perusahaan penghasil belut asal Tanah Laut akan mengirim sekitar dua kontainer atau 40 ton belut ke Cina,” kata Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Birhasani, Rabu (11/11).

Dia menambahkan di awal tahun 2020 kuartal pertama, pertumbuhan ekonomi Kalsel sangatlah positif, yakni tumbuh hingga mencapai 5,68 persen jauh di atas rata-rata nasional. “Pertumbuhan awal yang sangat positif di awal 2020. Salah satu komoditi ekspor yang mengalami kenaikan signifikan adalah ekspor ikan,” katanya.

Namun, lanjut Birhasani, pada triwulan tiga, tepatnya bulan Mei dan April, ekspor ikan pun jatuh terkena badai corona. Bulan Juli, ekspor ikan naik lebih dari 44 persen dibanding bulan Juni. Terus bulan Agustus kembali naik 13,57 persen dari Juli. “Di Kalsel ada delapan perusahan eksportir ikan Hasil laut dan ikan yang diekspor cukup beragam,” ucap Birhasani.