;
Tags

Investasi lainnya

( 1325 )

Waspadai Valuasi Saham BSI Sebelum Masuk

HR1 09 Jun 2025 Kontan

Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) tengah mengalami tekanan akibat rumor rencana akuisisi oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara atas saham BRIS yang saat ini dimiliki oleh Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Meskipun Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa rencana spin-off BRIS masih dalam tahap kajian awal, sumber internal menyebut bahwa Danantara sudah memulai negosiasi dengan direksi BRIS, bahkan dengan harga di bawah pasar.

Sentimen negatif ini tercermin dari penurunan harga saham BRIS dalam sepekan sebesar 14,33%. Namun, investor asing masih mencatat aksi beli bersih sebesar Rp 62,8 miliar, menunjukkan adanya minat jangka panjang.

Indy Naila, Investment Analyst dari Edvisor Profina Visindo, menilai bahwa kurangnya transparansi dari pihak Danantara memicu kekhawatiran terhadap masa depan BRIS, terutama jika akuisisi dilakukan di bawah harga pasar. Menurutnya, ini bisa menekan valuasi BRIS dalam jangka pendek, meskipun ada peluang positif dalam jangka panjang seiring ekspansi bisnis.

Sementara itu, Andrey Wijaya, Analis dari RHB Sekuritas Indonesia, berpandangan bahwa aksi jual BRIS lebih disebabkan oleh aksi ambil untung setelah lonjakan harga saham. Ia percaya bahwa prospek jangka panjang BRIS tetap menarik, terutama jika akuisisi dilakukan dengan valuasi yang tepat. Ia memperkirakan harga wajar BRIS berada di kisaran Rp 3.500 per saham berdasarkan PBV 2,6x.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst dari Mirae Asset Sekuritas, juga menilai bahwa meskipun terjadi aksi jual, posisi BRIS tetap strategis sebagai satu-satunya bank syariah nasional dengan kapitalisasi besar. Ia melihat bahwa akuisisi ini justru dapat memperkuat posisi BRIS dalam membangun ekosistem keuangan syariah nasional.

Rumor akuisisi BRIS oleh Danantara menimbulkan tekanan jangka pendek terhadap harga saham karena kekhawatiran soal transparansi dan valuasi. Namun, tokoh-tokoh seperti Indy Naila, Andrey Wijaya, dan Nafan Aji Gusta menilai bahwa dalam jangka panjang, prospek BRIS tetap solid, apalagi jika akuisisi mendukung ekspansi dan penguatan peran BRIS dalam sektor perbankan syariah nasional.

Meningkatkan Kepercayaan Investor Asing

HR1 09 Jun 2025 Kontan (H)

Pada paruh pertama tahun 2025, pasar saham Indonesia—terutama saham perbankan berkapitalisasi besar—mengalami tekanan dari aksi jual signifikan oleh sejumlah hedge fund global, seperti JP Morgan, Blackrock, Vanguard Group, dan FMR LLC. Total aksi jual bersih investor asing tercatat mencapai Rp 49,89 triliun, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tumbuh tipis sebesar 0,47% secara YtD.

Penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley (MSCI) dari equal weight menjadi underweight turut memperlemah kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia. Dampaknya terlihat jelas pada saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI), di mana JP Morgan mengurangi kepemilikannya sebesar 53% dan FMR LLC sebesar 43,14% dalam setahun terakhir. JP Morgan juga menurunkan rekomendasinya untuk BBRI menjadi netral, mengutip masalah kualitas aset akibat kredit Kupedes.

Namun demikian, manajemen BBRI yang dipimpin oleh Hery Gunardi bergerak aktif memulihkan kepercayaan investor global, termasuk dengan mengikuti acara US Investor Meeting di kantor pusat JP Morgan, New York. Hery memaparkan strategi lima tahun ke depan BBRI, yang meliputi transformasi dari sisi pendanaan, peningkatan dana murah dari segmen konsumer dan UKM, serta penguatan penghimpunan DPK dari sektor wholesale banking.

Dari sisi regulator, Direktur Utama BEI Iman Rachman juga proaktif menjumpai investor institusi di Hong Kong untuk menarik kembali minat investasi terhadap saham-saham domestik.

Sementara itu, Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, tetap optimis terhadap prospek jangka panjang sektor perbankan Indonesia. Ia merekomendasikan beli untuk saham BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, dan akumulasi beli untuk BRIS.

Meskipun aksi jual hedge fund global memberi tekanan terhadap saham-saham perbankan Indonesia, langkah proaktif dari pihak regulator dan manajemen emiten seperti BBRI menunjukkan upaya nyata dalam mengembalikan kepercayaan pasar. Tokoh kunci dalam dinamika ini adalah Hery Gunardi (BBRI), Iman Rachman (BEI), dan Nafan Aji Gusta (Mirae Asset).

Uang Pensiunan Diincar Jaringan ”Scammer”

KT3 07 Jun 2025 Kompas

Penipuan daring terus berlanjut. Korbannya adalah orang yang gagap teknologi. Edukasi diharapkan dapat menjadi senjata untuk menangkal penipuan sejenis. Tipu muslihat scammer internasional sangat terorganisasi. Mereka memperdaya warga terutama kaum lanjut usia dengan berbagai kecanggihan seakan mereka benar-benar berasal dari suatu institusi resmi. Tak ayal, korban pun merugi hingga ratusan juta rupiah. Ini tergambar dari komplotan scammer internasional jaringan Kamboja yang memperdaya nasabah PT Taspen (persero). Dua tersangka kasus ini ditangkap polisi di Tanjung Priok, Jakut, yakni EC (28) seorang mahasiswa; dan IP (35), ibu rumah tangga. Pelaku utama, yakni AM (29) masih diburu karena sedang berada di Kamboja. Kasus ini terungkap ketika Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menerima laporan dari pensiunan berinisial RY, yang kehilangan uang Rp 304 juta.

”Kami menangkap dua tersangka dan satu orang masih diburu di Kamboja,” kata Kasubdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, Kamis (5/6). Pelaku menelpon dan menyebut nama korban, dimana ia merupakan petugas PT Taspen (Persero). Pelaku bilang ingin mengkroscek apakah data korban sudah diperbarui agar pencairan tunjangan korban tidak bermasalah di kemudian hari dan menanyakan apakah nomor korban sudah terhubung dengan Whatsapp. Pelaku lalu mengirimkan data PDF yang isinya identitas korban dan dilampirkan link yang akan diarahkan untuk mengunduh aplikasi Taspen      palsu yang digunakan pelaku. Setelah PDF tersebut diunduh oleh korban, pelaku meminta untuk video call dengan tujuan melakukan verifikasi wajah, lalu mengarahkan korban untuk mengunduh aplikasi Taspen palsu.

Pelaku mengarahkan agar masuk pengaturan handphone untuk mengizinkan aplikasi Taspen imitasi itu mengakses semua fitur di dalam handphone, lalu mengarahkan korban agar membuat username dan kata sandi dari aplikasi tersebut menggunakan user name dan kata sandi yang biasanya sering korban buat supaya tidak lupa. ”Di situlah biasanya korban dengan spontan membuat username dan kata sandi yang biasa digunakan karena korban mayoritas adalah pensiunan yang umurnya sudah tua,” kata Herman. Korban juga diminta untuk menyematkan sidikjari, foto, dan video diri. Setelah korban mengklik menu di dalam aplikasi tersebut, pelaku sudah bisa mengakses semua fitur yang ada di dalam telepon seluler milik korban. Dengan semua data yang pelaku miliki, mereka menguras uang yang ada di dalam rekening milik korban. (Yoga)

Berlian Sintetis, Peluang Baru Industri Perhiasan

HR1 07 Jun 2025 Kontan (H)

Berlian buatan laboratorium (lab grown diamond) kini semakin diminati di pasar global, termasuk Indonesia, karena harganya yang jauh lebih murah dibandingkan berlian alam (natural diamond), namun tetap memiliki kualitas dan karakter fisik yang nyaris identik. Menurut Forbes, kontribusi lab grown diamond telah melonjak dari hanya 1% pada 2015 menjadi sekitar 20% dari total penjualan berlian pada 2024.

Nike April, Brand Development Manager Vue Jewelry, menyebut bahwa di Indonesia, popularitas lab grown diamond mulai naik, terutama di kalangan anak muda usia 23–34 tahun. Namun, sebagian besar pasar domestik masih memegang gengsi terhadap berlian alam yang sudah lama dianggap lebih eksklusif. Ia juga mengakui bahwa lab grown diamond belum memiliki pasar sekunder (buyback) yang kuat di Indonesia, sehingga sulit dijual kembali.

Dari sisi keuangan, perencana keuangan Aidil Akbar Madjid menekankan bahwa secara umum berlian bukan instrumen investasi yang ideal karena tidak memiliki harga pasar yang baku dan sifatnya sangat subjektif. Baik natural diamond maupun lab grown diamond mengalami depresiasi saat dijual kembali. Aidil juga menilai kehadiran lab grown diamond justru berpotensi mengikis eksklusivitas dan menahan laju kenaikan harga berlian secara keseluruhan.

Direktur OneShildt, Budi Raharjo, menambahkan bahwa jika ingin menjadikan berlian sebagai bentuk diversifikasi kekayaan, maka berlian alam tetap lebih layak dikoleksi karena nilai dan persepsinya lebih tinggi.

Meskipun lab grown diamond menawarkan alternatif lebih ekonomis dengan kualitas setara, kehadirannya tetap menghadapi tantangan dari segi persepsi konsumen dan pasar sekunder. Tokoh-tokoh seperti Nike April, Aidil Akbar, dan Budi Raharjo menyoroti sisi pasarnya, risiko investasi, serta perubahan persepsi masyarakat terhadap nilai eksklusivitas berlian di era teknologi tinggi.

Indonesia Melakukan Perundingan dengan AS

KT1 07 Jun 2025 Investor Daily (H)
Indonesia akan melakukan perundingan bilateral putaran kedua dengan pemerintah Amerika Serikat untuk mengosiasikan penerapan tarif resiprokal oleh Negeri paman Sam itu. Negosiasi yang akan digelar pekan depan oleh delegasi perwakilan dari pemerintah kedua negara diharapkan menghasilkan kesepakatan yang memberikan keuntungan merata atau bagi kedua belah pihak. "Putaran kedua akan segera dilakukan minggu depan. Jadi Delegasi Indonesia akan mengirimkan tim Washington untuk melakukan negosiasi putaran selanjutnya," ucap Menteri Korodinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dmia mengungkapkan, sudah melaksanakan pertemuan strategis  dengan United States  Trade Representative (USTR) Jamieson Greer di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Dewan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) hari pertama di paris, Prancis, Selasa (3/6/2025). Pertemuan ini menjadi moment penting berkelanjutan dialog bilateral antara Indonesia dan AS terutama dalam isu perdagangan dan investasi. Selain itu, pertemuan ini juga menegaskan posisi Indonesai sebagai mitra yang koopreatif dan proaktif dalam negosiasi internasionak, serta komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim perdagangan yang adil dan saling menguntungkan dengan AS. (Yetede)

Berapa Biaya Indonesia Gabung OECD?

HR1 07 Jun 2025 Kontan
Indonesia, yang sedang menjalani proses aksesi untuk menjadi anggota penuh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), akan diwajibkan membayar iuran keanggotaan jika berhasil bergabung. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, iuran tersebut akan dihitung berdasarkan dua faktor utama, yaitu produk domestik bruto (PDB) dan jumlah populasi Indonesia.

Airlangga menjelaskan bahwa kontribusi iuran akan masuk ke dua kategori anggaran OECD, yakni Part I Budget (dibayar semua anggota sesuai skala ekonomi) dan Part II Budget (untuk program tertentu yang hanya diminati sebagian anggota). Total anggaran OECD tahun 2025 mencapai sekitar Rp 6,7 triliun. Ia juga mengungkapkan bahwa proses menjadi anggota OECD umumnya memakan waktu 5–10 tahun, tetapi pemerintah menargetkan empat tahun, dan saat ini sudah memasuki tahun kedua.

Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, meskipun iuran yang harus dibayar Indonesia nantinya bisa cukup besar, manfaat jangka panjangnya sebanding. Bergabung dengan OECD akan meningkatkan kepercayaan investor karena mencerminkan bahwa Indonesia mengikuti praktik terbaik (best practice) dalam tata kelola (governance) dan regulasi.

David juga menyebut, sebagai negara berkembang, Indonesia kemungkinan bisa mendapat keringanan kontribusi. Namun yang terpenting, keanggotaan OECD dapat memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi global dan mendukung reformasi kebijakan domestik.

Meskipun akan menanggung beban iuran yang signifikan, langkah Indonesia untuk bergabung dengan OECD dinilai strategis dan positif. Tokoh-tokoh seperti Airlangga Hartarto dan David Sumual menekankan pentingnya komitmen ini untuk memperkuat kredibilitas internasional dan menarik lebih banyak investasi melalui perbaikan standar tata kelola dan kebijakan publik.

Uang Pensiunan Diincar Jaringan ”Scammer”

KT3 07 Jun 2025 Kompas

Penipuan daring terus berlanjut. Korbannya adalah orang yang gagap teknologi. Edukasi diharapkan dapat menjadi senjata untuk menangkal penipuan sejenis. Tipu muslihat scammer internasional sangat terorganisasi. Mereka memperdaya warga terutama kaum lanjut usia dengan berbagai kecanggihan seakan mereka benar-benar berasal dari suatu institusi resmi. Tak ayal, korban pun merugi hingga ratusan juta rupiah. Ini tergambar dari komplotan scammer internasional jaringan Kamboja yang memperdaya nasabah PT Taspen (persero). Dua tersangka kasus ini ditangkap polisi di Tanjung Priok, Jakut, yakni EC (28) seorang mahasiswa; dan IP (35), ibu rumah tangga. Pelaku utama, yakni AM (29) masih diburu karena sedang berada di Kamboja. Kasus ini terungkap ketika Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menerima laporan dari pensiunan berinisial RY, yang kehilangan uang Rp 304 juta.

”Kami menangkap dua tersangka dan satu orang masih diburu di Kamboja,” kata Kasubdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, Kamis (5/6). Pelaku menelpon dan menyebut nama korban, dimana ia merupakan petugas PT Taspen (Persero). Pelaku bilang ingin mengkroscek apakah data korban sudah diperbarui agar pencairan tunjangan korban tidak bermasalah di kemudian hari dan menanyakan apakah nomor korban sudah terhubung dengan Whatsapp. Pelaku lalu mengirimkan data PDF yang isinya identitas korban dan dilampirkan link yang akan diarahkan untuk mengunduh aplikasi Taspen      palsu yang digunakan pelaku. Setelah PDF tersebut diunduh oleh korban, pelaku meminta untuk video call dengan tujuan melakukan verifikasi wajah, lalu mengarahkan korban untuk mengunduh aplikasi Taspen palsu.

Pelaku mengarahkan agar masuk pengaturan handphone untuk mengizinkan aplikasi Taspen imitasi itu mengakses semua fitur di dalam handphone, lalu mengarahkan korban agar membuat username dan kata sandi dari aplikasi tersebut menggunakan user name dan kata sandi yang biasanya sering korban buat supaya tidak lupa. ”Di situlah biasanya korban dengan spontan membuat username dan kata sandi yang biasa digunakan karena korban mayoritas adalah pensiunan yang umurnya sudah tua,” kata Herman. Korban juga diminta untuk menyematkan sidikjari, foto, dan video diri. Setelah korban mengklik menu di dalam aplikasi tersebut, pelaku sudah bisa mengakses semua fitur yang ada di dalam telepon seluler milik korban. Dengan semua data yang pelaku miliki, mereka menguras uang yang ada di dalam rekening milik korban. (Yoga)

Funding Gap Infrastruktur Mencapai Rp753 Triliun Atau 39,5% dari Total Kebutuhan Dana

KT1 05 Jun 2025 Investor Daily (H)
Kesenjangan pendanaan  (funding gap) infrastruktur selama 2025-2029 mencapai Rp753 triliun atau 39,5% dari total kebutuhan dana. Sebagai solusi, pemerintah harus memberikan kepastian regulasi agar swasta kembali masuk proyek infrastruktur, sehingga menutup celah tersebut. Selama ini, pebisnis swasta kapok terlibat proyek infrastruktur pemerintah, menyusul ketidakjelasan peraturan. Swasta juga harus melindungi dari oknum preman dan ormas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hangodo mengatakan, berdasarkan pada rencana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, proyeksi kebutuhan dana untuk pembangunan infrastruktur mencapai Rp 1.905,3 triliun. Dari jumlah itu, APBN hanya mampu membiayai sebesar Rp678,91 triliun atau 35,63% dari total kebutuhan dana. Sementara itu, APBD bisa menyokong sebesar Rp473,28 triliun atau 24,87% dari total kebutuhan dana. "Dengan keterbatasan fiskal pada hari ini, baik APBN maupun APBD, diperkirakan masih terdapat funding gap (kesenjangan pendanaan) sebesar Rp 753 triliun," ungkap Dody. Dia menegaskan, dana pembangunan infrastruktur periode 2025-2029 tersebut akan digunakan untuk pembangunan  sumber daya air, dengan target 25 unit bendungan  yang direhabilitasi, 63,54 m3/kapita kapasitas tampungan air, pembangunan irigasi 180 ribu hektare (ha), rehabilitasi irigasi 1,2 juta ha, serta kapasitas prasarana air baku yang dikelola 93,79 m3/detik. (Yetede)

BCA dan MAMI Perluas Portofolio Produk Investasi

KT1 04 Jun 2025 Investor Daily
PT Bank central Asia Tbk (BCA) bekerja sama dengan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) dalam peluncuran produk Reksa Dana Pasar Uang USD Manulife Liquid FUnd USD Kelas A. Hadirnya produk terbaru ini menjadi wujud komitmen BCA untuk melengkapi ragam pilihan investasi dan keuangan yang berkualitas bagi segenap nasabah. Reksa Dana Pasar Uang USD Manulife Liqiud Fund USD Kelas A merupakan produk RDPU dalam mata uang Dolar Amerika Serikat (USD). Bertujuan untuk menyuguhkan pertumbuhan modal yang relatif stabil dan likuiditas tinggi, reksa dana ini berinvestasi sepenuhnya pada intrusmen keuangan dengan tenor di bawah satu tahun, seperti deposito, obligasi, serta intrusmen lainnya yang berdenominasi USD. Reksa dana ini juga dapat menjadi solusi untuk memenuhi tujuan finansial kelas aset dan mata uang yang likuid. Pasalnya, produk ini dapat dicairkan kapan saja, serta bebas dari biaya pembelian dan penjualan kembali. Direktur BCA Haryanto T Budiman menyampaikan, komitman BCA adalah senantiasa menghadirkan ragam produk keuangan yang relevan dengan kebutuhan berbagai segmen nasabah. MAMI telah menjadi mitra strategi BCA dalam menyediakan produk reksa dana berkualitas. (Yetede)

Pemerintah Serius Mengembangkan Industri Perbankan Syariah di Tanah Air

KT1 04 Jun 2025 Investor Daily (H)
Pemerintah sepertinya makin serius untuk mengembangkan industri perbankan syariah di Tanah Air. Ini terlihat dari rencaba PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRSI) atau BSI yang akan dipisah (spin off) dari induknya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), untuk kemudian ditempatkan di bawah kendali Badan Pengelola Daya Anagata Nusantara (PBI Danantara). Langkah tersebut dinikai sangat strategis nasional berbasis syariah seperti infrstruktur hijau, sukuk pembangunan, wakaf produktif, hingga proyek hilirisasi halal. Selanjutnya, BSI akan naik kelas dari sekedar bank ritel syariah menjadi aktor kunci dalam transformasi ekonomi berkeadilan berbasis nilai. Kepala Pusat Pengembangan Ekonomi Syariah Institute for Development of Economics and Finance (indef) Nur Hidayah menilai, dengan portofolio dan otoritas investasi global yang dimiliki, Danantara bisa mewujudkann harapan-harapan itu. "Akses ke pembiayaan jangka panjang akan lebih besar, membuka peluag cross-bordir investment di sektor halal, finance syariah, dan Islamic green finance," ujar dia kepada Investor Daily.